KEBAHAGIAAN SESAAT
Cerpen Karya Putri Ellenna
Namaku Regita chantika, dipanggil dengan sebutan Gita. Aku tinggal di
Bandung. Aku sekolah di SMAN 2 Bandung dan duduk dibangku kelas 1. Aku
lahir di Bandung pada tgl 12 desember.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMA. Hari ini aku mendapatkan sebuah tugas, karna belum mempunyai bukunya jadi aku harus meminjam ke perpustakaan. Di dalam perpustakaan aku pun segera mencari buku itu. Setelah bukunya kutemukan aku pun segera berlari kekelas. Baru sampai depan pintu perpus aku tertabrak oleh seorang laki-laki yang menyebabkan buku-buku yang ku bawa terjatuh semua. Laki-laki itu meminta maaf padaku sambil membantuku mengambil buku yg terjatuh. Ketika sedang melihat wajah laki-laki itu aku hanya bengong, perasaanku tidak karuan dan jantungku pun berdetak sangat kencang. Laki-laki itu memang sangat tampan. Didalam hatiku berkata “ya tuhan, inikah yang dinamakan jatuh cinta?” . aku pun tersadar dari lamunanku saat laki-laki itu melambai-lambaikan tangannya diwajahku. Disitu kami berkenalan. Ternyata nama laki-laki itu adalah BISMA KARISMA. Karena buru-buru aku pun segera meninggalkan bisma.
![]() |
Kebahagiaan Sesaat - Cerpen Cinta Sedih |
Aku mempunyai sahabat bernama fany. Dia juga sekelas denganku. Saat
dikelas aku menceritakan kejadian yg kualami tadi. Karena aku bercerita
saat jam pelajaran alhasil aku dan fany mendapat teguran dari guru, aku
pun hanya diam sambil menunduk ketakutan. Setelah pelajaran selesai,
saat jam istirahat aku pun melanjutkan ceritaku itu kpda fany. Fany
terkejut saat aku bilang kalau aku menyukai bisma. Fany terkejut karna
fany tau kalau sejak dulu aku selalu cuek dengan yang namanya cowok. Aku
seperti itu karena aku takut mengalami kejadian yg sama seperti
orangtuaku, yaitu bercerai dan merasakan sakit yang amat sangat
menyakitkan. Jadi, aku sangat berhati-hati dalam mencari pasangan
hidupku. Namun entah kenapa rasa dihatiku berubah jadi cinta saat aku
melihat bisma. Kurasa aku benar-benar jatuh cinta.
Ingin sekali rasanya aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada bisma. Namun aku takut, aku takut kalau bisma tidak mencintaiku. Itu pasti akan membuatku sakit hati. Jadi aku selalu memendam perasaan itu .
Aku senang sekali karena setiap hari aku selalu ketemu bisma. Kami pun sering ngobrol bareng. Ya, wlaupun aku tidak bisa memilikinya sebagai kekasihku tetapi aku sudah bahagia karna bisa berteman dengannya
2 tahun berlalu. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Namun perasaanku masih tetap sama seperti dulu. Aku masih mencintai bisma, tanpa bisma tau itu. Memang sangat sulit untuk memendam perasaan itu, bahkan 2t ahun bukanlah waktu yang singkat untuk memedam perasaan seperti ini. Apalagi setelah aku tau ternyata bisma sudah mempunyai kekasih, untung saja berita itu hanyalah gosip. Jika berita itu benar, entahlah bagaimana diriku ini, mungkin aku bisa gila.hahhaaa.. namun aku tidak akan biarkan itu semua terjadi, karna aku harus jadi perempuan yang slalu kuat dan tegar.
Pada suatu hari ketika aku sedang berada ditaman sekolah bersama bisma, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah. Tidak heran jika aku mimisan. Karna sejak masih SMP aku memang sering mimisan namun aku tidak tau apa sebabnya. Bisma yang melihatku pun sangat terkejut, bisma mengajakku kerumah sakit. Namun aku menolak. Dari masih kecil aku memang anti sekali jika diajak ke rumah sakit mungkin karna dirumah sakit banyak peralatan-peralatan medis yg membuatku takut.
Tidak lama darah dihidungku pun sudah tidak keluar lagi. Karna bel sudah berbunyi, aku pun segera masuk kekelas.
S K I P
Keesokan harinya ketika aku baru saja sampai disekolah tiba-tiba bisma menghampiriku sambil mengasih sebuah undangan. Ternyata itu undangan untuk acara ulang tahun bisma. Bisma memintaku untuk datang di acara itu. Aku pun mengiyakan hal tersebut, bisma pun terlihat senang.
Karena acara ulang tahun bisma besok malam akhirnya setelah pulang sekolah aku pun langsung pergi kesebuah mall untuk mencari kado untuk bisma. Aku bingung mau beli apa untuk bisma. Karena aku tau kalau bisma suka mengoleksi jam dan topi akhirnya aku pun mencari toko jam dan topi. Sesampainya ditoko topi, kebetulan ada topi yg bertuliskan huruf “B” , aku pun langsung membeli topi tersebut. Setelah itu aku pun langsung ke toko jam, di toko jam tersebut terdapat jam berwarna hitam dan jam itu dari paris, dikaca jam itu bertuliskan berbagai huruf, tentunya aku memilih huruf “B”. Setelah membeli kadonya aku pun segera membungkusnya dengan kertas kado bergambar love di sertai dengan pita merah diatas kado itu.
Malam itu pun tiba, aku segera pergi kerumah bisma. sesampainya dirumah bisma ternyata sudah banyak orang yang datang. Malam itu aku mengenakan mini dress berwarna pink dengan ikatan tali dileher. Malam itu bisma sangat tampan sekali, bisma menggunakan kemeja berwarna putih disertai dengan jas hitamnya.
“oh tuhan andai saja dia bisa jadi kekasihku, aku pasti akan amat sangat senang sekali” benakku.
Aku langsung , menghampiri bisma sambil memberi kado yg telah ku siapkan itu. Bisma pun berterimakasih padaku.
Tidak lama acara itu pun dimulai. Mula-mula bisma mengucapkan terimakasih kepada semua yg telah hadir kemudian dilanjutkan dengan meniup lilin dan pemotongan kue.
“potongan kue yg pertama ini untuk orang yang special” kata bisma.
Tak kusangaka ternyata kue itu diberikan kepadaku.
“yatuhan,, apa maksut dari semua ini” benakku.
Disitu aku hanya diam sambil menatap bisma karna aku bingung entah apa yg harus aku lakukan. Setelah itu tiba-tiba bisma naik ke atas panggung kecil disertai dengan gitar kesayangannya. Disitu bisma berkata “saya akan menyanyikan sebuah lagu, lagu ini saya persembahkan untuk orang yang special, dia adalah Regita Chantika”.
“omaygat.. apa lagi ini,, aku bingung dengan semua ini, kenapa semua yg special itu untukku?” benakku.
Bisma pun langsung menyanyikan sebuah lagu berjudul I HEART YOU (accoustic)
#Kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu
Selalu peluh pun menetes setiap dekat kamu
Kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku
Selalu diriku malu tiap kau puji aku
Kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku
Selalu merinding romaku tiap kau sentuh aku
Mengapa otakku beku tiap memikirkanmu
Selalu tubuhku lunglai tiap kau bisikkan cinta
You know me so well (you know me so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well (i know you so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
Tahukah kamu saat kita pertama jumpa
Hatiku berkata padamu ada yang berbeda
Tahukah sejak kita sering jalan bersama
Tiap jam menit detikku hanya ingin berdua
Tahukah kamu ku takkan pernah lupa
Saat kau bilang kau punya rasa yang sama
Ku tak menyangka aku bahagia ingin ku peluk dunia
Kau izinkan aku tuk dapat rasakan cinta
You know me so well
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
Hatiku rasakan cinta, dia buatku salah tingkah
I know you so well, you know me so well
You heart me girl, i heart you back
I miss you, i love you, ah ah ah
I need you, i love you, i heart you baby
I need you, i love you, i heart you baby
Baby, you know me so well (you know me so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well (i know you so well)
Girl i need you (oh i need you)
Girl i love you (oh i love you)
Tak ada yang bisa memisahkan cinta
Waktu pun takkan tega
Kau dan aku bersama selamanya #
Setelah bisma menyanyikan lagu itu, bisma meminta aku untuk naik ke panggung itu bersamanya. Aku pun menuruti permintaannya. Diatas panggung itu tiba-tiba bisma berlutut sambil memegang sebuah cincin berlian dan sekuntum bunga mawar merah.
Jantungku berdegup sangat kencang, bahkan sangat sangat kencang, rasanya seperti mau copot..
Disitu bisma menyatakan perasaannya kepadaku..
“gita,, aku mau jujur tentang perasaan aku selama ini sama kamu, sebenernya aku suka sama kamu udah lama, semenjak pertama kali kita ketemu yatu kelas 1 SMA dan sekarang kita udah kelas 3. Cukup lama aku memendam perasaan ini dan sekaranglah waktunya aku untuk mengungkapkan isi hatiku. “would you be my girl??” aku pun menjawab “ YESS”
Disitu bisma langsung memakaikan aku cincin yg dia pegang dan dia langung memelukku. Semua tamu yang hadir pun memberikan tepuk tangan yang sangat meriah dan mereka juga memberi selamat kepada kami berdua.
Setelah acara itu selesai, bisma yg mengantarkan aku pulang. Sesampainya dirumah aku pun berterimakasih kepadanya, bisma pun hanya mengangguk sambil tersenyum manis lalu ia mencium keningku. Karena sudah terlalu malam aku pun langsung masuk kedalam rumah.
Ya, malam itu merupakan malam yg sangat bersejarah dalam hidupku, karna aku telah memiliki org yg selama ini akub dambakan.
*****
Kebahagiaanku berganti menjadi sedih yg amat menyedihkan ketika beberapa jam kemudian aku mendapat kabar dari temanku bahwa bisma kecelakaan setelah mengantarkanku pulang. Mobil bisma menabrak sebuah truk besar dan kecelakaan itu pun sangat tragis yg menyebabkan nyawa bisma tidak tertolong dan bisma pun meninggal pafa malam itu.
“yatuhan.. cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, baru saja kau memberikan kebahagiaan dan sekarang engkau mengganti kebahagiaan ku itu dengan kesedihan, engkau telah mengambil orang yg amat sangat aku sayang dan aku cintai” #dalam benakku sambil menangis
Aku pun segera kerumahsakit untuk melihat bisma, sesampainya dirumah sakit aku hanya menangis dan terus mengis saat melihat bisma telah ditutupi dengan seuntai kain putih. Disitu aku memeluk bisma sangat erat seolah-olah tidak mau lepas dengannya. Keluarga bisma yg datang pun mencoba menenangkanku. Keesokan harinya bisma pun dimakamkan di pemakaman keluarga. Setelah pemakan itu selesai tinggal diriku sendiri yang masih berada disitu. Distu aku terus menangis sambil memegang batu nisannya. Tiba-tiba ada seorang perempuan datang menghampiriku, dia adalah kakaknya bisma yaitu kak mega. Dia mengajakku pulang, awalnya aku menolak. Tetapi karna keadaan sudah mau hujan akhirnya aku pun ikut ka mega pulang.
Selang beberapa hari kepergian bisma, pasti ada saja hal-hal ganjil yg membuat aku risih. Kadang-kadang aku melihat sosok miripsekali dengan bisma, sosok itu hanya tersenyum manis denganku, namun ketika aku mau menghampiri sosok itu tiba-tiba dia menghilang. Aku mencoba bertanya kepada orang pintar/kiyai . ternyata memang benar sosok yg sering menghantuiku itu adalah bisma. ternyata bisma mau bilang sesuatu kepadaku, bisma berkata bahwa aku tidak boleh menangis lagi, bisma ingin melihatku bahagia bersama orang lain dan bisma juga berkata “jangan khawatir dengank, aku baik-baik saj disini, aku selalu menjagamu gita”.
Dan setelah kutau itu semua, aku pun mencoba untuk tidak bersedih lagi, namun sampai sekarang belum ada orang yg bisa menggantikan bisma dihatiku, itulah kesetiaanku :’)
TERJEBAK NOSTALGIA
Cerpen Karya Putri Ellennasuha
Cerpen Karya Putri Ellennasuha
Cerita ini diambil dari sebuah buku diary seorang mahasiswi yg bernama NERASYA KEZYA PUTRI atau lebih sering dipanggil dengan sebutan RASYA !!
Waktu begitu cepat berlalu , 3 tahun lamanya rendy meninggalkan diriku dari dunia ini. rendy kekasihku, orang yang sangat aku cintai dan aku sayangi. Sampai sekarang aku masih belum bisa menggantikan dirinya dengan orang lain walaupun sebelum kepergiannya ia sempat bilang bahwa aku harus menggantikan dirinya agar aku bahagia. Namun bagaimana bisa aku menggantikan dirinya kalau bayangnya selalu terlintas difikiranku ini.
Dimas !aku tau sejak dulu dia memang mencintaiku bahkan sebelum aku pacaran dengan rendy. Namun dulu dia belum berani untuk menyatakan cintanya padaku. Dan sekarang setelah rendy tiada dia mencoba mendekatiku lagi dan berusaha menyemangatiku agar aku tidak terpuruk dan dia selalu berusaha untuk mendapatkan cintaku. Namun begitu sulit rasanya hati ini untuk menerima dirinya karena hanya rendy yang ada dihatiku ini. Sebetulnya aku kasihan dengan dimas yg mati-matian berusaha agar aku jadi kekasihnya namun bagaimana lagi, aku tidak mencintainya jadi tidak mungkin aku jadi kekasihnya.
![]() |
Terjebak Nostalgia - Cerpen Cinta Sedih |
12 november , ini adalah hari anniversarry ku dengan rendy yang ke-6
tahun. Hari ini aku berniat untuk mengunjungi makam rendy. Dan pada
siang hari nya aku mengunjungi makam rendy sambil membawa sebuah bunga
mawar, bunga kesukaan rendy.
#MAKAMRENDY
“ren,apa kabar kamu disana?? Aku harap baik-baik aja ya, ren aku kangen banget sama kamu. Oya, kamu masih inget kan dengan tanggal ini, ini hari anniversarry kita ren. Seandainya kamu masih ada disini pasti aku bahagia banget. Aku gak akan pernah ngelupain moment disaat kita bersama ren, karna disaat kita berdualah aku merasakan bahagia. makasih untuk segalanya yg pernah kamu kasih untuk aku. Walaupun kamu udah gak ada didunia ini tapi cinta aku akan selalu ada untuk kamu. Aku disini slalu sayang kamu ren. I Love you Rendy. ”
Sepulangnya dari makam aku segera menuju ke sebuah danau. Ya, sebuah danau yang menjadi sejarah dimana hubunganku dengan rendy dimulai dan akan menjadi tempat bersejarah juga karna disitulah tempat yang paling sering kami lalui bersama. Sesampainya didanau aku hanya bisa menangis sambil mengingat semua kenanganku bersama rendy, kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan disepanjang hidupku.
Setelah dari danau aku pun segera pulang, dipertengahan jalan aku bertemu dengan dimas. Disitu dimas menawarkan ku untuk pulang bersamanya. Awalnya aku menolak namun karna dimas terus membujukku akhirnya aku pun ikut dengannya. Dimas pun mengantarkanku sampai kerumah.
Suatu hari aku menulis dibuku dairy ku, menulis tentang perasaanku terhadap dimas...
“ Dear Diary..
Aku bingung dengan perasaanku ini yang tak pernah bisa menerima dimas dihatiku ini. Dimas yang aku tau sejak dulu ia telah mencintaiku namun aku tidak pernah mencintainya. Dimas, maafkan aku yg tak pernah bisa mencintai dirimu, sebisa apapun aku mencoba untuk menerima dirimu dihati ini tapi hasilnya percuma karna dihati ini masih tersimpan seseorang yg sangat aku cintai walaupun org itu tlah tiada namun cinta ini slalu ada untuk orang itu,dia adalah rendy. Dan aku yakin kamu pasti bisa mengerti dengan perasaanku ini. Maafkan aku,dimasss..... “
Suatu hari, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah segar yang cukup banyak. Sudah biasa hal itu terjadi karna aku memang memiliki sebuah penyakit yang sangat parah namun aku menyembunyikan penyakitku dari orangtua ataupun teman-temanku, aku mengidap penyakit leukemia stadium akhir. Penyakit yang mematikan. Entah sampai kapan diriku ini akan bertahan namun kuyakin tidak lama lagi aku akan pergi dari dunia ini dan akan menyusul rendy disana. Dokter pun memperkirakan aku hanya bisa bertahan hingga bulan desember nanti.
Bulan desember pun telah tiba. Sekarang aku tinggal menunggu hari dimana aku akan pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Setengah bulan telah berlalu dibulan desember ini namun tuhan belum memanggilku.
pada tanggal 25 desember bertepatan dengan hari natal Rasya menghembuskan nafas terakhirnya di dunia ini. Dunia yang penuh tangis semenjak kepergian rendy dari hidupnya. Dimas yang sangat mencintainya pun hanya bisa menangis dan mengikhlaskan kepergian Rasya.
#MAKAMRENDY
“ren,apa kabar kamu disana?? Aku harap baik-baik aja ya, ren aku kangen banget sama kamu. Oya, kamu masih inget kan dengan tanggal ini, ini hari anniversarry kita ren. Seandainya kamu masih ada disini pasti aku bahagia banget. Aku gak akan pernah ngelupain moment disaat kita bersama ren, karna disaat kita berdualah aku merasakan bahagia. makasih untuk segalanya yg pernah kamu kasih untuk aku. Walaupun kamu udah gak ada didunia ini tapi cinta aku akan selalu ada untuk kamu. Aku disini slalu sayang kamu ren. I Love you Rendy. ”
Sepulangnya dari makam aku segera menuju ke sebuah danau. Ya, sebuah danau yang menjadi sejarah dimana hubunganku dengan rendy dimulai dan akan menjadi tempat bersejarah juga karna disitulah tempat yang paling sering kami lalui bersama. Sesampainya didanau aku hanya bisa menangis sambil mengingat semua kenanganku bersama rendy, kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan disepanjang hidupku.
Setelah dari danau aku pun segera pulang, dipertengahan jalan aku bertemu dengan dimas. Disitu dimas menawarkan ku untuk pulang bersamanya. Awalnya aku menolak namun karna dimas terus membujukku akhirnya aku pun ikut dengannya. Dimas pun mengantarkanku sampai kerumah.
Suatu hari aku menulis dibuku dairy ku, menulis tentang perasaanku terhadap dimas...
“ Dear Diary..
Aku bingung dengan perasaanku ini yang tak pernah bisa menerima dimas dihatiku ini. Dimas yang aku tau sejak dulu ia telah mencintaiku namun aku tidak pernah mencintainya. Dimas, maafkan aku yg tak pernah bisa mencintai dirimu, sebisa apapun aku mencoba untuk menerima dirimu dihati ini tapi hasilnya percuma karna dihati ini masih tersimpan seseorang yg sangat aku cintai walaupun org itu tlah tiada namun cinta ini slalu ada untuk orang itu,dia adalah rendy. Dan aku yakin kamu pasti bisa mengerti dengan perasaanku ini. Maafkan aku,dimasss..... “
Suatu hari, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah segar yang cukup banyak. Sudah biasa hal itu terjadi karna aku memang memiliki sebuah penyakit yang sangat parah namun aku menyembunyikan penyakitku dari orangtua ataupun teman-temanku, aku mengidap penyakit leukemia stadium akhir. Penyakit yang mematikan. Entah sampai kapan diriku ini akan bertahan namun kuyakin tidak lama lagi aku akan pergi dari dunia ini dan akan menyusul rendy disana. Dokter pun memperkirakan aku hanya bisa bertahan hingga bulan desember nanti.
Bulan desember pun telah tiba. Sekarang aku tinggal menunggu hari dimana aku akan pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Setengah bulan telah berlalu dibulan desember ini namun tuhan belum memanggilku.
pada tanggal 25 desember bertepatan dengan hari natal Rasya menghembuskan nafas terakhirnya di dunia ini. Dunia yang penuh tangis semenjak kepergian rendy dari hidupnya. Dimas yang sangat mencintainya pun hanya bisa menangis dan mengikhlaskan kepergian Rasya.
BERSEMI DI BIS KOTA
Cerpen Karya Siti Ma'sumah
Cerpen Karya Siti Ma'sumah
Jreng...jreng..jreng
Petikan gitar pengamen jalanan yang begitu kasar membangunkan tidurku di bis antar kota. Aku sudah terbiasa mendengar petikan gitar ini, tidak selembut yang aku inginkan. Petikan yang sama untuk semua lagu. Aku merasakan demikian. Entah tak tahu bagaimana orang lain merasakannya. Mungkin sama denganku.
Petikan gitar pengamen jalanan yang begitu kasar membangunkan tidurku di bis antar kota. Aku sudah terbiasa mendengar petikan gitar ini, tidak selembut yang aku inginkan. Petikan yang sama untuk semua lagu. Aku merasakan demikian. Entah tak tahu bagaimana orang lain merasakannya. Mungkin sama denganku.
Terlihat dua orang pengamen berada di deret antar bangku bis. Mereka membawa gitar dan gendang kecil. Baju yang dikenakannya tampak compang camping dan kumal. Wajahnya kusam. Mungkin karena terlalu lama terkena sengatan matahari. Berbekal gitar dan gendang kecilnya mereka berduet ala penyanyi di panggung hiburan. Pengamen yang satu menyanyi lirik ini dan satunya melanjutkan lirik yang lain. Begitu seterusnya. Kudengarkan lirik demi lirik lagu yang mereka nyanyikan. Lagunya begitu menyentuh dan suara merekabegitu syahdu. Entah apa yang aku rasakan, aku benar-benar tersentuh ketika mereka menyanyikan lagu itu. Lagunya “ Zifilia, Pintu Taubat”
![]() |
Bersemi Di Bis Kota - Cerpen Cinta |
Begitu sedih kumendengarkannya. Apalagi yang menyanyikannya pengamen.
Terasa tak sanggup kudengarkan lagu ini. Sungguh menyayat hatiku. Tak
tersadar air mataku terjatuh sedikit demi sedikit. Aku sadar hidupku
penuh dengan dosa. Akulah Hamba-Mu yang tak pernah luput dari dosa dan
kesalahan yaa Rob. Mereka begitu merdu dalam menyanyikannya. Walaupun
iringan musiknya tak selaras dengan nada lagunya. Bagiku tak masalah,
yang terpenting adalah mereka mampu membawakannya dengan syahdu dan
penuh haru.
Air mataku tak bisa tertahankan lagi, jatuh dan terus terjatuh. Tak perlu malu dan muna untuk mengakuinya, memang aku menangis. Aku mudah tersentuh dengan nyanyian sebuah lagu. Kupandangi kiri jalan di sebelahku lewat jendela kaca. Berharap air mata ini tak menetes lagi. Tapi, sia-sia. Selagi pengemen itu belum berhenti bernyanyi, ku tak bisa menahan derasnya air mataku.
Tiba-tiba, sesosok lelaki menyodorkan tisu putik kepadaku. Tak ada kata yang ia ucapkan, hanya untaian senyuman hangat dari wajahnya yang bisa kulihat. Wajahnya tampak belas kasihan melihatku yang terus menangis mendengar lantunan lagu itu.
“Terimaksih, tak usah repot-repot” ucapku pelan.
“ Udah ambil aja, aku ikhlas kok. Aku tahu kamu menangis. Kamu tersayat-sayat hatinya kan mendengar lagu itu?” tegasnya tenang.
Pertanyaan yang membuatku tersipu malu. Memang benar aku menangis menikmati lantunan indah lagu ini. Diapun bisa merasakannya. Timbul pikiran yang tak menentu. Jangan-jangan dia memperhatikanku selama di perjalanan. Ah, sudahlah. Tak penting.
Kuterima pemberian tisunya.
“Makasih yaa..” ungkapku pelan.
“Bener banget,aku begitu menikmati lantunan lagu ini, brgitu indah dan haru. Terlebih yang menyanyikannya pengamen jalanan.”
Terlihat wajah lelaki itu sedikit haru dan pilu. Mungkin dia juga merasakan hal yang sama denganku. Buktinya, matanya memerah.
“Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi, tak sepertimu, mudah sekali menangis. Kalo aku mending menangis dalam hati biar tak seorangpun tahu” tuturnya serasa membela kaum pria yang penuh kejantanan.
“Memang sih, masa cowo menaangis mendengar lagu kayak gitu. Kagak jantan banget.Hehehe” sambungku sembari mengusap air mata di pipiku.
“Nangis aja pake ketawa, kamu lucu tahu. Jarang ada cewe kaya kamu yang kelihatnnya maco, tomboy, tapi hatinya lemah dan mudah tersentuh. Heheheh” Ucapnya.
Sejeenak kuterdiam. Memang penampilanku begini, tomboy dan maco. Tapi, aku memang cewe yang identik dengan hati yang lembut dan mudah tersentuh. Kupikir benar juga yang dikatakan lelaki yang sok akrab denganku itu. Entah siapa namanya yang jelas dia baik hati.
“Bisa saja kamu, walaupun seperti ini penampilanku, tapi aku memang cewe. Layaknya cewe lain.” Ucapku sedikit tegas.
“Hehehhe yang jelas aku tahu kamu. Walupuan pemanlilanmu kayak gitu, tapi kamu tetep aja cewe yang tercipta dengan hati yang lembut.” Sahutnya tenang.
Percakapan kita sejenak terhenti. Kedua pengemna itu sudah selesai berduet. Diambilnya topi yang dikenakannya sembari mengelilingi semua penumpang. Berharap penumpang menyisihkan sebagian rejeki yang dimilikinya. Disodorkannya topi itu di hadapanku dan lelaki di sampingku. Untungnya sudah kupersiapkan uang recehan sejak dari kost untuk pengamen. Kuberikannya kepada pengemen itu. Diapun menatap wajahku dan mengucapkan terimakasih.
“Sungguh pengamen yang sopan” batinku. Percakapan dengan orang yang tak kukenal kembali kulanjutkan. Entah siapa orang itu yang jelas dia sudah mau berbicara denganku. Mungkin kalo tidak ada orang itu, aku selalu terdiam dan menikmati lantunan lagu dari pengamen sendirian.
“ Iya, iya. Aku memang cewe.” Ucapku sedikit sewot.
“ Haduw, cewenya cemberut ni.” Ungkapnya sambil meledekku. Memang aku sedikit marah sama dia. Dia sok akrab soalnya dan meledek terus. Maklum belum pernah kena tamparanku. Kalo si kampus, hampir semua cowo yang godain aku dan temanku udah pernah mendapatkan kado tamparan dariku.
“Ow, siapa yang marah. Enak aja”
“ Hmm, ya udah kalo gak mau ngaku. Eh, kamu mau turun dimana?” tanyanya.
“ Bentar lagi juga sampai, di simpang lima. Kamu dimana?” tanyaku balik.
“ Aku di perempatan depan” jawabnya pelan.
“ Oh, berarti kamu dulu dong yang turun.” Tanyaku lagi
“ Iya, hati-hati yaa? Jangan nangis lagi. Nanti gak ada yang kasih kamu tisu lo.heheh” ucapnya sambil meledekku.
“Iyalah, iya. Uh, kamu. Iya gak lah. Emang aku cengeng banget apa, yang tadi tuh, gara-gara lagunya bikin nangis.huuh” jelasku.
“Ya udah yaa, hehhe. Aku mau turun. Daaa.
Sampai jumpa lagi. See you next time”.
“iya, daa..”
“Tanjung. Tanjung. Tanjung” ucap kenek bis di samping pintu. Lelaki itupun maju ke depan sambil menatapku seraya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Bispun berhenti di Tanjung dan lelaki itupun turun. Tanjung adalah nama dari sebuah perempatan di Banyumas, Purwokerto.
Dari jendela kaca, kulihat sosok lelaki itu yang masih mencari sosokku. Di tersenyum setelah melihatku. Senyuman hangat darinya selalu terkenang di hidupku. Sungguh kutemukan lelaki yang beda dari biasanya. Di kampus, jarang sekali lelaki seperti dia. Semuanya gombal dan terlalu alay. I don’t like.
“Oh, iya, aku lupa. Kenapa tadi aku gak kenalan sama dia. Ya ampun?’’ pikirku.
Penyesalanku tuk yang pertama kalinya menyia-nyiakan lelaki yang sudah baik denganku dan mampu mengambil hatiku. Aku terlalu jaga image di depan dia. Jadinya begini, nyesel di ujungnya. Di perjalanan menuju kampung halamanku. Kududuk sendirian. Kumerenung dengan kejadian tadi. Pengamen dengan lagu yang dinyanyikannya dan lelaki itu.
“ Kenapa di jaman seperti sekarang ini, masih banyak pengamen jalanan yang seperti mereka? Tak memiliki keluarga yang utuh. Hidupnya di jalanan dan harus mengumpulkan recehan demi recehan untuk makan. Uang sangat berarti untuk kehidupannya. Recehan yang seolah tak ada artinya untuk mereka yang berdasi, bagi mereka itulah kehidupannya. Aku salut kepada mereka. Itulah pekerjaan mereka. Tanpa rasa malu dan ragu mereka bernyanyi, mengumpulkan uang untuk makan. Mungkin kalo tidak ada pengamen kita tak akan pernah ada yang mengingatkn memberi sebagian rejeki untuk mereka.” Pikirku.
Lelaki itu sudah baik denganku. Walaupun ku tak tahu siapa dia, yang jelas dia sudah memberiku sedikit lentera untuk tidak memandang rendah kaum pria.
Tak disadari, akupun tertidur. Hal yang sudah biasa terjadi padaku. Bagitu pulasnya tertidur di bis. Aku sampai lupa kalo sebentar lagi turun. Mungkin kenek bis sudah berkoar-koar menyebut simpang lima. Aku tak mendengarnya. Mungkin karena aku begitu capek dan pulas tidur di bis.
“Persiapan. Terminal, terminal, terminal. Cek barang bawaan kalian terlebih dahulu sebelum turun. Kami tidak bertanggungjawab dengan barang yang sudah hilang.” Ucap kenek bis dengan nada keras dan ngapak.
“oh, my God. Ini sudah terminal” batinku.
Padahal harusnya aku turun di simpang sebelum terminal. Ini pasti akibat terlalu memikirkan lelaki itu dan terlalu pulas tidur. Terpaksa aku harus ngojek ke simpang lima menemui bapakku di sana.
BUNDA
Cerpen Karya Chairunnisa Athena
Cerpen Karya Chairunnisa Athena
Dengar laraku ...
Suara hati ini memanggil namamu ...
Karena separuh aku ...
Dirimu ...
Toktoktok.
Aku menggeliat di atas tempat tidur sambil menguap panjang. “Iya bun, bentar lagi aku juga bangun,” Pagi ini entah untuk yang keberapa kalinya Bunda mengetuk pintu kamarku, bahkan sambil menggedor dan meneriakkan namaku.
Sambil menatap weker di atas meja, aku segera merapikan tempat tidur dan melipat selimut. Beeeh, baru juga jam setengah enam. Aku mengeluh dalam hati.
Aku segera beranjak keluar kamar dan mengambil handuk. “Ada apa sih, Bun? Ini kan baru jam setengah enam. Biasanya aku juga bangun jam setengah tujuh kok,” Bunda tersenyum. Peluh menetes deras dari ubun-ubunnya. Pasti Bunda habis menyiapkan dagangan ke pasar.
“Bunda pusing, kamu siapin sarapan sendiri ya,” Ujarnya sambil meneguk segelas air putih hangat. “Iya deh,” Ujarku cepat sambil melingkarkan handuk ke leherku.
Suara hati ini memanggil namamu ...
Karena separuh aku ...
Dirimu ...
Toktoktok.
Aku menggeliat di atas tempat tidur sambil menguap panjang. “Iya bun, bentar lagi aku juga bangun,” Pagi ini entah untuk yang keberapa kalinya Bunda mengetuk pintu kamarku, bahkan sambil menggedor dan meneriakkan namaku.
Sambil menatap weker di atas meja, aku segera merapikan tempat tidur dan melipat selimut. Beeeh, baru juga jam setengah enam. Aku mengeluh dalam hati.
Aku segera beranjak keluar kamar dan mengambil handuk. “Ada apa sih, Bun? Ini kan baru jam setengah enam. Biasanya aku juga bangun jam setengah tujuh kok,” Bunda tersenyum. Peluh menetes deras dari ubun-ubunnya. Pasti Bunda habis menyiapkan dagangan ke pasar.
“Bunda pusing, kamu siapin sarapan sendiri ya,” Ujarnya sambil meneguk segelas air putih hangat. “Iya deh,” Ujarku cepat sambil melingkarkan handuk ke leherku.
![]() |
Bunda - Cerpen Ibu |
“Nanda,” Bunda mengetuk pintu kamarku. “Belum selesai juga nak? Jangan
lama-lama dandannya, kamu belum sarapan kan nak? Nanti telat.” Bunda
menyentuh pundakku. “Kayaknya Nanda ngga sarapan deh bun, Nanda belum
masak nih, nanti Nanda telat,” Ujarku sambil meringis. “Ya sudah, bunda
buatin roti bakar aja ya.”
Aku bersorak dalam hati melihat bunda keluar kamar. Uuh. Masa pagi-pagi aku disuruh masak? Bau bawang ah.
Aku meraih ganggang pintu depan. Bunda lama banget masaknya. Kalau bunda nanti marah aku ngga makan, kan salah bunda. Kenapa masaknya lama bener? Aku kan bisa telat.
Aku meraih sepatu di rak dan menutup pintu depan dengan perlahan. Setengah berlari aku menuju gang depan dan menyetop angkot.
Tak seperti biasanya hari ini angkot sepi. Yang ada hanya aku dan tiga orang cewek SMA yang lagi ketawa-ketiwi nggak jelas. Acuh tak acuh aku mengeluarkan handphone dari dalam tas dan mendengarkan musik dari headset.
Lima belas menit perjalanan dari rumah kulalui sambil berdendang pelan mengikuti suara penyanyi favoritku. Aah, rasa lapar sedikit menggangguku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang berkumpul di dekat gerbang, rasa lapar itu bukan lagi sebuah masalah.
“Nandaaaa,” Sebuah suara memanggilku. Sambil mengikatkan lengan jaket ke pinggangku, aku menoleh. “Hei,” Jawabku sambil tersenyum. Tasya berlari menghampiriku sambil membetulkan letak dasinya.
“Ngelamun aja loe. Makan yuk!” Katanya sambil menepuk pundakku. “Malas banget, entar lagi kan Mr. Punk mau masuk, ogah gue disuruh hormat bendera panas-panas gini.”
“Hush!” Ujar Tasya sambil terkikik mendengarku memangil Pak Nas dengan sebutan Mr. Punk. “Enggak kok, beliau nggak masuk hari ini. Katanya sih anak 9-6 kemarin kosong sama dia, ke Pekan Baru, seminggu ini.”
“Ouuuh,” Bibirku melengkung membentuk huruf O besar. Kurogoh sakuku untuk memeriksa sisa uangku. Kebiasaan. Kalau mau jajan harus periksa kantong dulu, siapa tau lagi sial kan?
Agak gelagapan aku memeriksa saku rokku, saku bajuku kosong-melompong. Sambil menarik saku rok keluar aku mecoba mengingat-ingat kembali. Oiyaa, duit buat hari ini kan udah gue jajanin kemaren. Siaal! Mana dompet gue tinggalin di kasur lagi.
Melihat gelagatku yang bengong sambil memegang saku, Tasya langsung terkikik. ”Cie, ngga bawa duit nih! Entar-entar aja deh makannya,” Tasya langsung membetulkan seragamnya dan mulai melangkah.
“Woii, traktir gue dong! Sekaliii aja! Laper nih, belum makan dari pagiii!” Mendengar teriakanku yang bergema di sepanjang selasar, Tasya langsung ambil langkah seribu. Dasar!!
Pusing.
Ternyata begini rasanya ngga makan seharian. Mana pulang masih lama lagi. Nanda memijit pelan pelipisnya dan mencoba meredamnya dengan memakan permen karet yang sudah lewat expired yang dia temuin di dalam tas.
Hera yang duduk di sebelahnya acuh tak acuh tetap memandang ke arah papan tulis. Nanda tahu benar, Hera punya banyak persediaan cokelat dalam tasnya. Tapi mau bagaimana? Gengsi dong minta-minta sama si pelit yang satu ini. Nanda mencoba menidurkan kepalanya di atas meja sambil mencoret-coret buku di depannya.
Matanya berat. Ia pengen tidur, bentaaar saja. Perutnya sakit dan dia udah ga tahan lagi. Nanda menelan ludahnya mencoba menahan sebentar lagi. Tapi semua sudah keburu gelap dan yang ada di pikiran Nanda hanya deru nafas yang bergema di dalam kepalanya.
“Ndaaa...”
Nanda membuka matanya perlahan. Sosok kecil dan ringkih itu duduk di ujung kasur ruang UKS. Nanda memicingkan kedua matanya. Silau. Sejak kapan bunda sekurus itu?
“Halo sayang,” Bunda memijit kakiku dan tersenyum lemah. “Yuk makan, nih udah bunda bawain bubur ayam Mang Adi, kesukaan kamu.”
Bunda meraih bantal di kepalaku dan menegakkan kepalaku di atasnya. “Nggak ah Bunda, perut Nanda masih perih.” Bunda tersenyum lagi. Tak pernah aku melihat bunda sesabar ini sebelumnya.
“Ayo dong sayang,” Bunda mencoba lagi sambil membuka kotak bubur. Aku diam seribu bahasa, kalau sudah begini biasanya bunda bakal cepet ngalah. Tapi perkiraanku salah, bunda tetap mencoba merayuku sambil sesekali mengusap-usap rambutku.
“Nggak bundaaaaa,” Aku mulai merajuk. Bunda terdiam dan mengambil kotak bubur dari atas meja dan menyodorkannya ke arahku. “KENAPA SIH BUNDA NGGA BISA DIKASIH TAHU!!?” Aku berteriak dan mendorong lengan bunda. Kotak terlempar. Bubur berterbaran. Bunda terdiam dan menatapku kosong. Aku menangis. Pusing yang amat hebat menyerang kepalaku tepat di titik didihnya.
“Ndaaaa...”
Aku membuka mata. “Iya bunda, Nanda ngga mau makan buburnya.”
Bisik-bisik terdengar, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden membuatku sulit melihat. “Emmm ini gue Nda,” Itu suara Tasya. Sesaat aku langsung terjaga dan melihat seluruh murid di kelas lagi duduk bersila di lantai atau duduk di sekitar kasurku. “Mana bunda gue Sya? Gue pengen pulang, bilangin dong. Gue pengen minta maaf, gue ga maksud buat ngelemparin bubur tadi.” Tasya tercengang dan menatap teman-temanku.
Bu Anti yang duduk di sudut ujung kanan kasurku menatapku tajam dengan mata dan hidung yang memerah. Sapu tangan yang digenggamnya basah kuyup entah oleh apa.
“Bubur apa Nda?” Tasya mulai terisak. Matanya berkaca-kaca.
“Ya bubur ayamlah Sya. Eh tapi kok kasurnya udah bersih sih? Kan tadi buburnya jatuh di sini,” Aku mengelus-ngelus kasur dan merapatkan selimut ke seluruh badanku. Segan dipadangi dengan berbagai ekspresi oleh teman-temanku.
Tasya terisak lagi dan tiba-tiba Bu Anti menangis. “Oke, sebenernya ada apa sih?” UKS yang sedari tadi bising langsung hening. Seluruh mata tertuju padaku dan tiba-tiba sebuah suara memenuhi telingaku.
“Bundamu mengalami kecelakaan saat hendak menjengukmu ke sini, Nak. Ia tertabrak mobil di depan warung Mang Adi setelah membelikan bubur untukmu. Keadaannya kritis, Nda. Ia gegar otak parah dan kehabisan darah. Maaf Nda, keadaan sudah enggak memihak sama kita,” Di sudut pintu UKS Ayah memandangku dengan tangan bergetar. Jelas sekali sisa-sisa air mata di pipinya. Sebelumnya aku tak pernah melihat ayah menangis. “Maaf Nda, Ayah ngga bisa ngejagain Bunda.”
Tasya memelukku. Bu Anti menangis lagi dan beberapa siswa mulai menenangkannya. Ayah mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. “Ayaaah...”
Dalam dekapan Ayah seluruh tubuhku menggigil. Lututku bergetar. Oksigen, aku butuh oksigen. Aku butuh udara. Sandiwara ini terlalu berat untukku. Aku tak bisa menjalani peran yang seperti ini.
“...Nanda ingin bilang maaf sama bunda saat ini juga, Yah. Nanda pengen denger bunda bilang sayang sama Nanda, Yah.” Haru yang kudengar. Kepalaku tersentak oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Aku hanya ingin tidur lagi. Bangun, dan semua hanya akan menjadi sebuah mimpi buruk.
Aku bersorak dalam hati melihat bunda keluar kamar. Uuh. Masa pagi-pagi aku disuruh masak? Bau bawang ah.
Aku meraih ganggang pintu depan. Bunda lama banget masaknya. Kalau bunda nanti marah aku ngga makan, kan salah bunda. Kenapa masaknya lama bener? Aku kan bisa telat.
Aku meraih sepatu di rak dan menutup pintu depan dengan perlahan. Setengah berlari aku menuju gang depan dan menyetop angkot.
Tak seperti biasanya hari ini angkot sepi. Yang ada hanya aku dan tiga orang cewek SMA yang lagi ketawa-ketiwi nggak jelas. Acuh tak acuh aku mengeluarkan handphone dari dalam tas dan mendengarkan musik dari headset.
Lima belas menit perjalanan dari rumah kulalui sambil berdendang pelan mengikuti suara penyanyi favoritku. Aah, rasa lapar sedikit menggangguku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang berkumpul di dekat gerbang, rasa lapar itu bukan lagi sebuah masalah.
“Nandaaaa,” Sebuah suara memanggilku. Sambil mengikatkan lengan jaket ke pinggangku, aku menoleh. “Hei,” Jawabku sambil tersenyum. Tasya berlari menghampiriku sambil membetulkan letak dasinya.
“Ngelamun aja loe. Makan yuk!” Katanya sambil menepuk pundakku. “Malas banget, entar lagi kan Mr. Punk mau masuk, ogah gue disuruh hormat bendera panas-panas gini.”
“Hush!” Ujar Tasya sambil terkikik mendengarku memangil Pak Nas dengan sebutan Mr. Punk. “Enggak kok, beliau nggak masuk hari ini. Katanya sih anak 9-6 kemarin kosong sama dia, ke Pekan Baru, seminggu ini.”
“Ouuuh,” Bibirku melengkung membentuk huruf O besar. Kurogoh sakuku untuk memeriksa sisa uangku. Kebiasaan. Kalau mau jajan harus periksa kantong dulu, siapa tau lagi sial kan?
Agak gelagapan aku memeriksa saku rokku, saku bajuku kosong-melompong. Sambil menarik saku rok keluar aku mecoba mengingat-ingat kembali. Oiyaa, duit buat hari ini kan udah gue jajanin kemaren. Siaal! Mana dompet gue tinggalin di kasur lagi.
Melihat gelagatku yang bengong sambil memegang saku, Tasya langsung terkikik. ”Cie, ngga bawa duit nih! Entar-entar aja deh makannya,” Tasya langsung membetulkan seragamnya dan mulai melangkah.
“Woii, traktir gue dong! Sekaliii aja! Laper nih, belum makan dari pagiii!” Mendengar teriakanku yang bergema di sepanjang selasar, Tasya langsung ambil langkah seribu. Dasar!!
Pusing.
Ternyata begini rasanya ngga makan seharian. Mana pulang masih lama lagi. Nanda memijit pelan pelipisnya dan mencoba meredamnya dengan memakan permen karet yang sudah lewat expired yang dia temuin di dalam tas.
Hera yang duduk di sebelahnya acuh tak acuh tetap memandang ke arah papan tulis. Nanda tahu benar, Hera punya banyak persediaan cokelat dalam tasnya. Tapi mau bagaimana? Gengsi dong minta-minta sama si pelit yang satu ini. Nanda mencoba menidurkan kepalanya di atas meja sambil mencoret-coret buku di depannya.
Matanya berat. Ia pengen tidur, bentaaar saja. Perutnya sakit dan dia udah ga tahan lagi. Nanda menelan ludahnya mencoba menahan sebentar lagi. Tapi semua sudah keburu gelap dan yang ada di pikiran Nanda hanya deru nafas yang bergema di dalam kepalanya.
“Ndaaa...”
Nanda membuka matanya perlahan. Sosok kecil dan ringkih itu duduk di ujung kasur ruang UKS. Nanda memicingkan kedua matanya. Silau. Sejak kapan bunda sekurus itu?
“Halo sayang,” Bunda memijit kakiku dan tersenyum lemah. “Yuk makan, nih udah bunda bawain bubur ayam Mang Adi, kesukaan kamu.”
Bunda meraih bantal di kepalaku dan menegakkan kepalaku di atasnya. “Nggak ah Bunda, perut Nanda masih perih.” Bunda tersenyum lagi. Tak pernah aku melihat bunda sesabar ini sebelumnya.
“Ayo dong sayang,” Bunda mencoba lagi sambil membuka kotak bubur. Aku diam seribu bahasa, kalau sudah begini biasanya bunda bakal cepet ngalah. Tapi perkiraanku salah, bunda tetap mencoba merayuku sambil sesekali mengusap-usap rambutku.
“Nggak bundaaaaa,” Aku mulai merajuk. Bunda terdiam dan mengambil kotak bubur dari atas meja dan menyodorkannya ke arahku. “KENAPA SIH BUNDA NGGA BISA DIKASIH TAHU!!?” Aku berteriak dan mendorong lengan bunda. Kotak terlempar. Bubur berterbaran. Bunda terdiam dan menatapku kosong. Aku menangis. Pusing yang amat hebat menyerang kepalaku tepat di titik didihnya.
“Ndaaaa...”
Aku membuka mata. “Iya bunda, Nanda ngga mau makan buburnya.”
Bisik-bisik terdengar, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden membuatku sulit melihat. “Emmm ini gue Nda,” Itu suara Tasya. Sesaat aku langsung terjaga dan melihat seluruh murid di kelas lagi duduk bersila di lantai atau duduk di sekitar kasurku. “Mana bunda gue Sya? Gue pengen pulang, bilangin dong. Gue pengen minta maaf, gue ga maksud buat ngelemparin bubur tadi.” Tasya tercengang dan menatap teman-temanku.
Bu Anti yang duduk di sudut ujung kanan kasurku menatapku tajam dengan mata dan hidung yang memerah. Sapu tangan yang digenggamnya basah kuyup entah oleh apa.
“Bubur apa Nda?” Tasya mulai terisak. Matanya berkaca-kaca.
“Ya bubur ayamlah Sya. Eh tapi kok kasurnya udah bersih sih? Kan tadi buburnya jatuh di sini,” Aku mengelus-ngelus kasur dan merapatkan selimut ke seluruh badanku. Segan dipadangi dengan berbagai ekspresi oleh teman-temanku.
Tasya terisak lagi dan tiba-tiba Bu Anti menangis. “Oke, sebenernya ada apa sih?” UKS yang sedari tadi bising langsung hening. Seluruh mata tertuju padaku dan tiba-tiba sebuah suara memenuhi telingaku.
“Bundamu mengalami kecelakaan saat hendak menjengukmu ke sini, Nak. Ia tertabrak mobil di depan warung Mang Adi setelah membelikan bubur untukmu. Keadaannya kritis, Nda. Ia gegar otak parah dan kehabisan darah. Maaf Nda, keadaan sudah enggak memihak sama kita,” Di sudut pintu UKS Ayah memandangku dengan tangan bergetar. Jelas sekali sisa-sisa air mata di pipinya. Sebelumnya aku tak pernah melihat ayah menangis. “Maaf Nda, Ayah ngga bisa ngejagain Bunda.”
Tasya memelukku. Bu Anti menangis lagi dan beberapa siswa mulai menenangkannya. Ayah mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. “Ayaaah...”
Dalam dekapan Ayah seluruh tubuhku menggigil. Lututku bergetar. Oksigen, aku butuh oksigen. Aku butuh udara. Sandiwara ini terlalu berat untukku. Aku tak bisa menjalani peran yang seperti ini.
“...Nanda ingin bilang maaf sama bunda saat ini juga, Yah. Nanda pengen denger bunda bilang sayang sama Nanda, Yah.” Haru yang kudengar. Kepalaku tersentak oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Aku hanya ingin tidur lagi. Bangun, dan semua hanya akan menjadi sebuah mimpi buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar