Minggu, 01 Desember 2013

Kumpulan Cerpen

KEBAHAGIAAN SESAAT
Cerpen Karya Putri Ellenna
Namaku Regita chantika, dipanggil dengan sebutan Gita. Aku tinggal di Bandung. Aku sekolah di SMAN 2 Bandung dan duduk dibangku kelas 1. Aku lahir di Bandung pada tgl 12 desember.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMA. Hari ini aku mendapatkan sebuah tugas, karna belum mempunyai bukunya jadi aku harus meminjam ke perpustakaan. Di dalam perpustakaan aku pun segera mencari buku itu. Setelah bukunya kutemukan aku pun segera berlari kekelas. Baru sampai depan pintu perpus aku tertabrak oleh seorang laki-laki yang menyebabkan buku-buku yang ku bawa terjatuh semua. Laki-laki itu meminta maaf padaku sambil membantuku mengambil buku yg terjatuh. Ketika sedang melihat wajah laki-laki itu aku hanya bengong, perasaanku tidak karuan dan jantungku pun berdetak sangat kencang. Laki-laki itu memang sangat tampan. Didalam hatiku berkata “ya tuhan, inikah yang dinamakan jatuh cinta?” . aku pun tersadar dari lamunanku saat laki-laki itu melambai-lambaikan tangannya diwajahku. Disitu kami berkenalan. Ternyata nama laki-laki itu adalah BISMA KARISMA. Karena buru-buru aku pun segera meninggalkan bisma.
Kebahagiaan Sesaat - Cerpen Cinta Sedih
Aku mempunyai sahabat bernama fany. Dia juga sekelas denganku. Saat dikelas aku menceritakan kejadian yg kualami tadi. Karena aku bercerita saat jam pelajaran alhasil aku dan fany mendapat teguran dari guru, aku pun hanya diam sambil menunduk ketakutan. Setelah pelajaran selesai, saat jam istirahat aku pun melanjutkan ceritaku itu kpda fany. Fany terkejut saat aku bilang kalau aku menyukai bisma. Fany terkejut karna fany tau kalau sejak dulu aku selalu cuek dengan yang namanya cowok. Aku seperti itu karena aku takut mengalami kejadian yg sama seperti orangtuaku, yaitu bercerai dan merasakan sakit yang amat sangat menyakitkan. Jadi, aku sangat berhati-hati dalam mencari pasangan hidupku. Namun entah kenapa rasa dihatiku berubah jadi cinta saat aku melihat bisma. Kurasa aku benar-benar jatuh cinta.

Ingin sekali rasanya aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada bisma. Namun aku takut, aku takut kalau bisma tidak mencintaiku. Itu pasti akan membuatku sakit hati. Jadi aku selalu memendam perasaan itu .
Aku senang sekali karena setiap hari aku selalu ketemu bisma. Kami pun sering ngobrol bareng. Ya, wlaupun aku tidak bisa memilikinya sebagai kekasihku tetapi aku sudah bahagia karna bisa berteman dengannya

2 tahun berlalu. Sekarang aku telah duduk di bangku kelas 3 SMA. Namun perasaanku masih tetap sama seperti dulu. Aku masih mencintai bisma, tanpa bisma tau itu. Memang sangat sulit untuk memendam perasaan itu, bahkan 2t ahun bukanlah waktu yang singkat untuk memedam perasaan seperti ini. Apalagi setelah aku tau ternyata bisma sudah mempunyai kekasih, untung saja berita itu hanyalah gosip. Jika berita itu benar, entahlah bagaimana diriku ini, mungkin aku bisa gila.hahhaaa.. namun aku tidak akan biarkan itu semua terjadi, karna aku harus jadi perempuan yang slalu kuat dan tegar.

Pada suatu hari ketika aku sedang berada ditaman sekolah bersama bisma, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah. Tidak heran jika aku mimisan. Karna sejak masih SMP aku memang sering mimisan namun aku tidak tau apa sebabnya. Bisma yang melihatku pun sangat terkejut, bisma mengajakku kerumah sakit. Namun aku menolak. Dari masih kecil aku memang anti sekali jika diajak ke rumah sakit mungkin karna dirumah sakit banyak peralatan-peralatan medis yg membuatku takut.
Tidak lama darah dihidungku pun sudah tidak keluar lagi. Karna bel sudah berbunyi, aku pun segera masuk kekelas.

S K I P
Keesokan harinya ketika aku baru saja sampai disekolah tiba-tiba bisma menghampiriku sambil mengasih sebuah undangan. Ternyata itu undangan untuk acara ulang tahun bisma. Bisma memintaku untuk datang di acara itu. Aku pun mengiyakan hal tersebut, bisma pun terlihat senang.

Karena acara ulang tahun bisma besok malam akhirnya setelah pulang sekolah aku pun langsung pergi kesebuah mall untuk mencari kado untuk bisma. Aku bingung mau beli apa untuk bisma. Karena aku tau kalau bisma suka mengoleksi jam dan topi akhirnya aku pun mencari toko jam dan topi. Sesampainya ditoko topi, kebetulan ada topi yg bertuliskan huruf “B” , aku pun langsung membeli topi tersebut. Setelah itu aku pun langsung ke toko jam, di toko jam tersebut terdapat jam berwarna hitam dan jam itu dari paris, dikaca jam itu bertuliskan berbagai huruf, tentunya aku memilih huruf “B”. Setelah membeli kadonya aku pun segera membungkusnya dengan kertas kado bergambar love di sertai dengan pita merah diatas kado itu.

Malam itu pun tiba, aku segera pergi kerumah bisma. sesampainya dirumah bisma ternyata sudah banyak orang yang datang. Malam itu aku mengenakan mini dress berwarna pink dengan ikatan tali dileher. Malam itu bisma sangat tampan sekali, bisma menggunakan kemeja berwarna putih disertai dengan jas hitamnya.
“oh tuhan andai saja dia bisa jadi kekasihku, aku pasti akan amat sangat senang sekali” benakku.
Aku langsung , menghampiri bisma sambil memberi kado yg telah ku siapkan itu. Bisma pun berterimakasih padaku.

Tidak lama acara itu pun dimulai. Mula-mula bisma mengucapkan terimakasih kepada semua yg telah hadir kemudian dilanjutkan dengan meniup lilin dan pemotongan kue.
“potongan kue yg pertama ini untuk orang yang special” kata bisma.

Tak kusangaka ternyata kue itu diberikan kepadaku.
“yatuhan,, apa maksut dari semua ini” benakku.

Disitu aku hanya diam sambil menatap bisma karna aku bingung entah apa yg harus aku lakukan. Setelah itu tiba-tiba bisma naik ke atas panggung kecil disertai dengan gitar kesayangannya. Disitu bisma berkata “saya akan menyanyikan sebuah lagu, lagu ini saya persembahkan untuk orang yang special, dia adalah Regita Chantika”.
“omaygat.. apa lagi ini,, aku bingung dengan semua ini, kenapa semua yg special itu untukku?” benakku.
Bisma pun langsung menyanyikan sebuah lagu berjudul I HEART YOU (accoustic)
#Kenapa hatiku cenat-cenut tiap ada kamu
Selalu peluh pun menetes setiap dekat kamu
Kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku
Selalu diriku malu tiap kau puji aku

Kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku
Selalu merinding romaku tiap kau sentuh aku
Mengapa otakku beku tiap memikirkanmu
Selalu tubuhku lunglai tiap kau bisikkan cinta

You know me so well (you know me so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well (i know you so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you

Tahukah kamu saat kita pertama jumpa
Hatiku berkata padamu ada yang berbeda
Tahukah sejak kita sering jalan bersama
Tiap jam menit detikku hanya ingin berdua

Tahukah kamu ku takkan pernah lupa
Saat kau bilang kau punya rasa yang sama
Ku tak menyangka aku bahagia ingin ku peluk dunia
Kau izinkan aku tuk dapat rasakan cinta

You know me so well
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you

Hatiku rasakan cinta, dia buatku salah tingkah
I know you so well, you know me so well
You heart me girl, i heart you back
I miss you, i love you, ah ah ah
I need you, i love you, i heart you baby
I need you, i love you, i heart you baby

Baby, you know me so well (you know me so well)
Girl i need you (girl i need you)
Girl i love you (girl i love you)
Girl i heart you
I know you so well (i know you so well)
Girl i need you (oh i need you)
Girl i love you (oh i love you)

Tak ada yang bisa memisahkan cinta
Waktu pun takkan tega
Kau dan aku bersama selamanya #
Setelah bisma menyanyikan lagu itu, bisma meminta aku untuk naik ke panggung itu bersamanya. Aku pun menuruti permintaannya. Diatas panggung itu tiba-tiba bisma berlutut sambil memegang sebuah cincin berlian dan sekuntum bunga mawar merah.
Jantungku berdegup sangat kencang, bahkan sangat sangat kencang, rasanya seperti mau copot..

Disitu bisma menyatakan perasaannya kepadaku..
“gita,, aku mau jujur tentang perasaan aku selama ini sama kamu, sebenernya aku suka sama kamu udah lama, semenjak pertama kali kita ketemu yatu kelas 1 SMA dan sekarang kita udah kelas 3. Cukup lama aku memendam perasaan ini dan sekaranglah waktunya aku untuk mengungkapkan isi hatiku. “would you be my girl??” aku pun menjawab “ YESS”

Disitu bisma langsung memakaikan aku cincin yg dia pegang dan dia langung memelukku. Semua tamu yang hadir pun memberikan tepuk tangan yang sangat meriah dan mereka juga memberi selamat kepada kami berdua.
Setelah acara itu selesai, bisma yg mengantarkan aku pulang. Sesampainya dirumah aku pun berterimakasih kepadanya, bisma pun hanya mengangguk sambil tersenyum manis lalu ia mencium keningku. Karena sudah terlalu malam aku pun langsung masuk kedalam rumah.
Ya, malam itu merupakan malam yg sangat bersejarah dalam hidupku, karna aku telah memiliki org yg selama ini akub dambakan.
*****

Kebahagiaanku berganti menjadi sedih yg amat menyedihkan ketika beberapa jam kemudian aku mendapat kabar dari temanku bahwa bisma kecelakaan setelah mengantarkanku pulang. Mobil bisma menabrak sebuah truk besar dan kecelakaan itu pun sangat tragis yg menyebabkan nyawa bisma tidak tertolong dan bisma pun meninggal pafa malam itu.
“yatuhan.. cobaan apa lagi yang kau berikan padaku, baru saja kau memberikan kebahagiaan dan sekarang engkau mengganti kebahagiaan ku itu dengan kesedihan, engkau telah mengambil orang yg amat sangat aku sayang dan aku cintai” #dalam benakku sambil menangis

Aku pun segera kerumahsakit untuk melihat bisma, sesampainya dirumah sakit aku hanya menangis dan terus mengis saat melihat bisma telah ditutupi dengan seuntai kain putih. Disitu aku memeluk bisma sangat erat seolah-olah tidak mau lepas dengannya. Keluarga bisma yg datang pun mencoba menenangkanku. Keesokan harinya bisma pun dimakamkan di pemakaman keluarga. Setelah pemakan itu selesai tinggal diriku sendiri yang masih berada disitu. Distu aku terus menangis sambil memegang batu nisannya. Tiba-tiba ada seorang perempuan datang menghampiriku, dia adalah kakaknya bisma yaitu kak mega. Dia mengajakku pulang, awalnya aku menolak. Tetapi karna keadaan sudah mau hujan akhirnya aku pun ikut ka mega pulang.

Selang beberapa hari kepergian bisma, pasti ada saja hal-hal ganjil yg membuat aku risih. Kadang-kadang aku melihat sosok miripsekali dengan bisma, sosok itu hanya tersenyum manis denganku, namun ketika aku mau menghampiri sosok itu tiba-tiba dia menghilang. Aku mencoba bertanya kepada orang pintar/kiyai . ternyata memang benar sosok yg sering menghantuiku itu adalah bisma. ternyata bisma mau bilang sesuatu kepadaku, bisma berkata bahwa aku tidak boleh menangis lagi, bisma ingin melihatku bahagia bersama orang lain dan bisma juga berkata “jangan khawatir dengank, aku baik-baik saj disini, aku selalu menjagamu gita”.
Dan setelah kutau itu semua, aku pun mencoba untuk tidak bersedih lagi, namun sampai sekarang belum ada orang yg bisa menggantikan bisma dihatiku, itulah kesetiaanku :’)



TERJEBAK NOSTALGIA
Cerpen Karya Putri Ellennasuha

Cerita ini diambil dari sebuah buku diary seorang mahasiswi yg bernama NERASYA KEZYA PUTRI atau lebih sering dipanggil dengan sebutan RASYA !!

Waktu begitu cepat berlalu , 3 tahun lamanya rendy meninggalkan diriku dari dunia ini. rendy kekasihku, orang yang sangat aku cintai dan aku sayangi. Sampai sekarang aku masih belum bisa menggantikan dirinya dengan orang lain walaupun sebelum kepergiannya ia sempat bilang bahwa aku harus menggantikan dirinya agar aku bahagia. Namun bagaimana bisa aku menggantikan dirinya kalau bayangnya selalu terlintas difikiranku ini.

Dimas !aku tau sejak dulu dia memang mencintaiku bahkan sebelum aku pacaran dengan rendy. Namun dulu dia belum berani untuk menyatakan cintanya padaku. Dan sekarang setelah rendy tiada dia mencoba mendekatiku lagi dan berusaha menyemangatiku agar aku tidak terpuruk dan dia selalu berusaha untuk mendapatkan cintaku. Namun begitu sulit rasanya hati ini untuk menerima dirinya karena hanya rendy yang ada dihatiku ini. Sebetulnya aku kasihan dengan dimas yg mati-matian berusaha agar aku jadi kekasihnya namun bagaimana lagi, aku tidak mencintainya jadi tidak mungkin aku jadi kekasihnya.
Terjebak Nostalgia - Cerpen Cinta Sedih
12 november , ini adalah hari anniversarry ku dengan rendy yang ke-6 tahun. Hari ini aku berniat untuk mengunjungi makam rendy. Dan pada siang hari nya aku mengunjungi makam rendy sambil membawa sebuah bunga mawar, bunga kesukaan rendy.

#MAKAMRENDY
“ren,apa kabar kamu disana?? Aku harap baik-baik aja ya, ren aku kangen banget sama kamu. Oya, kamu masih inget kan dengan tanggal ini, ini hari anniversarry kita ren. Seandainya kamu masih ada disini pasti aku bahagia banget. Aku gak akan pernah ngelupain moment disaat kita bersama ren, karna disaat kita berdualah aku merasakan bahagia. makasih untuk segalanya yg pernah kamu kasih untuk aku. Walaupun kamu udah gak ada didunia ini tapi cinta aku akan selalu ada untuk kamu. Aku disini slalu sayang kamu ren. I Love you Rendy. ”

Sepulangnya dari makam aku segera menuju ke sebuah danau. Ya, sebuah danau yang menjadi sejarah dimana hubunganku dengan rendy dimulai dan akan menjadi tempat bersejarah juga karna disitulah tempat yang paling sering kami lalui bersama. Sesampainya didanau aku hanya bisa menangis sambil mengingat semua kenanganku bersama rendy, kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan disepanjang hidupku.

Setelah dari danau aku pun segera pulang, dipertengahan jalan aku bertemu dengan dimas. Disitu dimas menawarkan ku untuk pulang bersamanya. Awalnya aku menolak namun karna dimas terus membujukku akhirnya aku pun ikut dengannya. Dimas pun mengantarkanku sampai kerumah.

Suatu hari aku menulis dibuku dairy ku, menulis tentang perasaanku terhadap dimas...

“ Dear Diary..
Aku bingung dengan perasaanku ini yang tak pernah bisa menerima dimas dihatiku ini. Dimas yang aku tau sejak dulu ia telah mencintaiku namun aku tidak pernah mencintainya. Dimas, maafkan aku yg tak pernah bisa mencintai dirimu, sebisa apapun aku mencoba untuk menerima dirimu dihati ini tapi hasilnya percuma karna dihati ini masih tersimpan seseorang yg sangat aku cintai walaupun org itu tlah tiada namun cinta ini slalu ada untuk orang itu,dia adalah rendy. Dan aku yakin kamu pasti bisa mengerti dengan perasaanku ini. Maafkan aku,dimasss..... “

Suatu hari, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah segar yang cukup banyak. Sudah biasa hal itu terjadi karna aku memang memiliki sebuah penyakit yang sangat parah namun aku menyembunyikan penyakitku dari orangtua ataupun teman-temanku, aku mengidap penyakit leukemia stadium akhir. Penyakit yang mematikan. Entah sampai kapan diriku ini akan bertahan namun kuyakin tidak lama lagi aku akan pergi dari dunia ini dan akan menyusul rendy disana. Dokter pun memperkirakan aku hanya bisa bertahan hingga bulan desember nanti.

Bulan desember pun telah tiba. Sekarang aku tinggal menunggu hari dimana aku akan pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Setengah bulan telah berlalu dibulan desember ini namun tuhan belum memanggilku.

pada tanggal 25 desember bertepatan dengan hari natal Rasya menghembuskan nafas terakhirnya di dunia ini. Dunia yang penuh tangis semenjak kepergian rendy dari hidupnya. Dimas yang sangat mencintainya pun hanya bisa menangis dan mengikhlaskan kepergian Rasya.
 

BERSEMI DI BIS KOTA
Cerpen Karya Siti Ma'sumah
 
Jreng...jreng..jreng
Petikan gitar pengamen jalanan yang begitu kasar membangunkan tidurku di bis antar kota. Aku sudah terbiasa mendengar petikan gitar ini, tidak selembut yang aku inginkan. Petikan yang sama untuk semua lagu. Aku merasakan demikian. Entah tak tahu bagaimana orang lain merasakannya. Mungkin sama denganku.

Terlihat dua orang pengamen berada di deret antar bangku bis. Mereka membawa gitar dan gendang kecil. Baju yang dikenakannya tampak compang camping dan kumal. Wajahnya kusam. Mungkin karena terlalu lama terkena sengatan matahari. Berbekal gitar dan gendang kecilnya mereka berduet ala penyanyi di panggung hiburan. Pengamen yang satu menyanyi lirik ini dan satunya melanjutkan lirik yang lain. Begitu seterusnya. Kudengarkan lirik demi lirik lagu yang mereka nyanyikan. Lagunya begitu menyentuh dan suara merekabegitu syahdu. Entah apa yang aku rasakan, aku benar-benar tersentuh ketika mereka menyanyikan lagu itu. Lagunya “ Zifilia, Pintu Taubat”
 
Bersemi Di Bis Kota - Cerpen Cinta
Begitu sedih kumendengarkannya. Apalagi yang menyanyikannya pengamen. Terasa tak sanggup kudengarkan lagu ini. Sungguh menyayat hatiku. Tak tersadar air mataku terjatuh sedikit demi sedikit. Aku sadar hidupku penuh dengan dosa. Akulah Hamba-Mu yang tak pernah luput dari dosa dan kesalahan yaa Rob. Mereka begitu merdu dalam menyanyikannya. Walaupun iringan musiknya tak selaras dengan nada lagunya. Bagiku tak masalah, yang terpenting adalah mereka mampu membawakannya dengan syahdu dan penuh haru.

Air mataku tak bisa tertahankan lagi, jatuh dan terus terjatuh. Tak perlu malu dan muna untuk mengakuinya, memang aku menangis. Aku mudah tersentuh dengan nyanyian sebuah lagu. Kupandangi kiri jalan di sebelahku lewat jendela kaca. Berharap air mata ini tak menetes lagi. Tapi, sia-sia. Selagi pengemen itu belum berhenti bernyanyi, ku tak bisa menahan derasnya air mataku.

Tiba-tiba, sesosok lelaki menyodorkan tisu putik kepadaku. Tak ada kata yang ia ucapkan, hanya untaian senyuman hangat dari wajahnya yang bisa kulihat. Wajahnya tampak belas kasihan melihatku yang terus menangis mendengar lantunan lagu itu.
“Terimaksih, tak usah repot-repot” ucapku pelan.
“ Udah ambil aja, aku ikhlas kok. Aku tahu kamu menangis. Kamu tersayat-sayat hatinya kan mendengar lagu itu?” tegasnya tenang.
Pertanyaan yang membuatku tersipu malu. Memang benar aku menangis menikmati lantunan indah lagu ini. Diapun bisa merasakannya. Timbul pikiran yang tak menentu. Jangan-jangan dia memperhatikanku selama di perjalanan. Ah, sudahlah. Tak penting.

Kuterima pemberian tisunya.
“Makasih yaa..” ungkapku pelan.
“Bener banget,aku begitu menikmati lantunan lagu ini, brgitu indah dan haru. Terlebih yang menyanyikannya pengamen jalanan.”
Terlihat wajah lelaki itu sedikit haru dan pilu. Mungkin dia juga merasakan hal yang sama denganku. Buktinya, matanya memerah.
“Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi, tak sepertimu, mudah sekali menangis. Kalo aku mending menangis dalam hati biar tak seorangpun tahu” tuturnya serasa membela kaum pria yang penuh kejantanan.
“Memang sih, masa cowo menaangis mendengar lagu kayak gitu. Kagak jantan banget.Hehehe” sambungku sembari mengusap air mata di pipiku.
“Nangis aja pake ketawa, kamu lucu tahu. Jarang ada cewe kaya kamu yang kelihatnnya maco, tomboy, tapi hatinya lemah dan mudah tersentuh. Heheheh” Ucapnya.

Sejeenak kuterdiam. Memang penampilanku begini, tomboy dan maco. Tapi, aku memang cewe yang identik dengan hati yang lembut dan mudah tersentuh. Kupikir benar juga yang dikatakan lelaki yang sok akrab denganku itu. Entah siapa namanya yang jelas dia baik hati.
“Bisa saja kamu, walaupun seperti ini penampilanku, tapi aku memang cewe. Layaknya cewe lain.” Ucapku sedikit tegas.
“Hehehhe yang jelas aku tahu kamu. Walupuan pemanlilanmu kayak gitu, tapi kamu tetep aja cewe yang tercipta dengan hati yang lembut.” Sahutnya tenang.

Percakapan kita sejenak terhenti. Kedua pengemna itu sudah selesai berduet. Diambilnya topi yang dikenakannya sembari mengelilingi semua penumpang. Berharap penumpang menyisihkan sebagian rejeki yang dimilikinya. Disodorkannya topi itu di hadapanku dan lelaki di sampingku. Untungnya sudah kupersiapkan uang recehan sejak dari kost untuk pengamen. Kuberikannya kepada pengemen itu. Diapun menatap wajahku dan mengucapkan terimakasih.
“Sungguh pengamen yang sopan” batinku. Percakapan dengan orang yang tak kukenal kembali kulanjutkan. Entah siapa orang itu yang jelas dia sudah mau berbicara denganku. Mungkin kalo tidak ada orang itu, aku selalu terdiam dan menikmati lantunan lagu dari pengamen sendirian.
“ Iya, iya. Aku memang cewe.” Ucapku sedikit sewot.
“ Haduw, cewenya cemberut ni.” Ungkapnya sambil meledekku. Memang aku sedikit marah sama dia. Dia sok akrab soalnya dan meledek terus. Maklum belum pernah kena tamparanku. Kalo si kampus, hampir semua cowo yang godain aku dan temanku udah pernah mendapatkan kado tamparan dariku.
“Ow, siapa yang marah. Enak aja”
“ Hmm, ya udah kalo gak mau ngaku. Eh, kamu mau turun dimana?” tanyanya.
“ Bentar lagi juga sampai, di simpang lima. Kamu dimana?” tanyaku balik.
“ Aku di perempatan depan” jawabnya pelan.
“ Oh, berarti kamu dulu dong yang turun.” Tanyaku lagi
“ Iya, hati-hati yaa? Jangan nangis lagi. Nanti gak ada yang kasih kamu tisu lo.heheh” ucapnya sambil meledekku.
“Iyalah, iya. Uh, kamu. Iya gak lah. Emang aku cengeng banget apa, yang tadi tuh, gara-gara lagunya bikin nangis.huuh” jelasku.
“Ya udah yaa, hehhe. Aku mau turun. Daaa.
Sampai jumpa lagi. See you next time”.
“iya, daa..”

“Tanjung. Tanjung. Tanjung” ucap kenek bis di samping pintu. Lelaki itupun maju ke depan sambil menatapku seraya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Bispun berhenti di Tanjung dan lelaki itupun turun. Tanjung adalah nama dari sebuah perempatan di Banyumas, Purwokerto.
Dari jendela kaca, kulihat sosok lelaki itu yang masih mencari sosokku. Di tersenyum setelah melihatku. Senyuman hangat darinya selalu terkenang di hidupku. Sungguh kutemukan lelaki yang beda dari biasanya. Di kampus, jarang sekali lelaki seperti dia. Semuanya gombal dan terlalu alay. I don’t like.
“Oh, iya, aku lupa. Kenapa tadi aku gak kenalan sama dia. Ya ampun?’’ pikirku.

Penyesalanku tuk yang pertama kalinya menyia-nyiakan lelaki yang sudah baik denganku dan mampu mengambil hatiku. Aku terlalu jaga image di depan dia. Jadinya begini, nyesel di ujungnya. Di perjalanan menuju kampung halamanku. Kududuk sendirian. Kumerenung dengan kejadian tadi. Pengamen dengan lagu yang dinyanyikannya dan lelaki itu.
“ Kenapa di jaman seperti sekarang ini, masih banyak pengamen jalanan yang seperti mereka? Tak memiliki keluarga yang utuh. Hidupnya di jalanan dan harus mengumpulkan recehan demi recehan untuk makan. Uang sangat berarti untuk kehidupannya. Recehan yang seolah tak ada artinya untuk mereka yang berdasi, bagi mereka itulah kehidupannya. Aku salut kepada mereka. Itulah pekerjaan mereka. Tanpa rasa malu dan ragu mereka bernyanyi, mengumpulkan uang untuk makan. Mungkin kalo tidak ada pengamen kita tak akan pernah ada yang mengingatkn memberi sebagian rejeki untuk mereka.” Pikirku.

Lelaki itu sudah baik denganku. Walaupun ku tak tahu siapa dia, yang jelas dia sudah memberiku sedikit lentera untuk tidak memandang rendah kaum pria.
Tak disadari, akupun tertidur. Hal yang sudah biasa terjadi padaku. Bagitu pulasnya tertidur di bis. Aku sampai lupa kalo sebentar lagi turun. Mungkin kenek bis sudah berkoar-koar menyebut simpang lima. Aku tak mendengarnya. Mungkin karena aku begitu capek dan pulas tidur di bis.

“Persiapan. Terminal, terminal, terminal. Cek barang bawaan kalian terlebih dahulu sebelum turun. Kami tidak bertanggungjawab dengan barang yang sudah hilang.” Ucap kenek bis dengan nada keras dan ngapak.
“oh, my God. Ini sudah terminal” batinku.
Padahal harusnya aku turun di simpang sebelum terminal. Ini pasti akibat terlalu memikirkan lelaki itu dan terlalu pulas tidur. Terpaksa aku harus ngojek ke simpang lima menemui bapakku di sana.



BUNDA
Cerpen Karya Chairunnisa Athena
Dengar laraku ...
Suara hati ini memanggil namamu ...
Karena separuh aku ...
Dirimu ...

Toktoktok.
Aku menggeliat di atas tempat tidur sambil menguap panjang. “Iya bun, bentar lagi aku juga bangun,” Pagi ini entah untuk yang keberapa kalinya Bunda mengetuk pintu kamarku, bahkan sambil menggedor dan meneriakkan namaku.
Sambil menatap weker di atas meja, aku segera merapikan tempat tidur dan melipat selimut. Beeeh, baru juga jam setengah enam. Aku mengeluh dalam hati.
Aku segera beranjak keluar kamar dan mengambil handuk. “Ada apa sih, Bun? Ini kan baru jam setengah enam. Biasanya aku juga bangun jam setengah tujuh kok,” Bunda tersenyum. Peluh menetes deras dari ubun-ubunnya. Pasti Bunda habis menyiapkan dagangan ke pasar.
“Bunda pusing, kamu siapin sarapan sendiri ya,” Ujarnya sambil meneguk segelas air putih hangat. “Iya deh,” Ujarku cepat sambil melingkarkan handuk ke leherku.
Bunda - Cerpen Ibu
“Nanda,” Bunda mengetuk pintu kamarku. “Belum selesai juga nak? Jangan lama-lama dandannya, kamu belum sarapan kan nak? Nanti telat.” Bunda menyentuh pundakku. “Kayaknya Nanda ngga sarapan deh bun, Nanda belum masak nih, nanti Nanda telat,” Ujarku sambil meringis. “Ya sudah, bunda buatin roti bakar aja ya.”
Aku bersorak dalam hati melihat bunda keluar kamar. Uuh. Masa pagi-pagi aku disuruh masak? Bau bawang ah.
Aku meraih ganggang pintu depan. Bunda lama banget masaknya. Kalau bunda nanti marah aku ngga makan, kan salah bunda. Kenapa masaknya lama bener? Aku kan bisa telat.
Aku meraih sepatu di rak dan menutup pintu depan dengan perlahan. Setengah berlari aku menuju gang depan dan menyetop angkot.
Tak seperti biasanya hari ini angkot sepi. Yang ada hanya aku dan tiga orang cewek SMA yang lagi ketawa-ketiwi nggak jelas. Acuh tak acuh aku mengeluarkan handphone dari dalam tas dan mendengarkan musik dari headset.
Lima belas menit perjalanan dari rumah kulalui sambil berdendang pelan mengikuti suara penyanyi favoritku. Aah, rasa lapar sedikit menggangguku. Tapi, begitu melihat teman-temanku yang berkumpul di dekat gerbang, rasa lapar itu bukan lagi sebuah masalah.

“Nandaaaa,” Sebuah suara memanggilku. Sambil mengikatkan lengan jaket ke pinggangku, aku menoleh. “Hei,” Jawabku sambil tersenyum. Tasya berlari menghampiriku sambil membetulkan letak dasinya.
“Ngelamun aja loe. Makan yuk!” Katanya sambil menepuk pundakku. “Malas banget, entar lagi kan Mr. Punk mau masuk, ogah gue disuruh hormat bendera panas-panas gini.”
“Hush!” Ujar Tasya sambil terkikik mendengarku memangil Pak Nas dengan sebutan Mr. Punk. “Enggak kok, beliau nggak masuk hari ini. Katanya sih anak 9-6 kemarin kosong sama dia, ke Pekan Baru, seminggu ini.”
“Ouuuh,” Bibirku melengkung membentuk huruf O besar. Kurogoh sakuku untuk memeriksa sisa uangku. Kebiasaan. Kalau mau jajan harus periksa kantong dulu, siapa tau lagi sial kan?
Agak gelagapan aku memeriksa saku rokku, saku bajuku kosong-melompong. Sambil menarik saku rok keluar aku mecoba mengingat-ingat kembali. Oiyaa, duit buat hari ini kan udah gue jajanin kemaren. Siaal! Mana dompet gue tinggalin di kasur lagi.

Melihat gelagatku yang bengong sambil memegang saku, Tasya langsung terkikik. ”Cie, ngga bawa duit nih! Entar-entar aja deh makannya,” Tasya langsung membetulkan seragamnya dan mulai melangkah.
“Woii, traktir gue dong! Sekaliii aja! Laper nih, belum makan dari pagiii!” Mendengar teriakanku yang bergema di sepanjang selasar, Tasya langsung ambil langkah seribu. Dasar!!

Pusing.
Ternyata begini rasanya ngga makan seharian. Mana pulang masih lama lagi. Nanda memijit pelan pelipisnya dan mencoba meredamnya dengan memakan permen karet yang sudah lewat expired yang dia temuin di dalam tas.
Hera yang duduk di sebelahnya acuh tak acuh tetap memandang ke arah papan tulis. Nanda tahu benar, Hera punya banyak persediaan cokelat dalam tasnya. Tapi mau bagaimana? Gengsi dong minta-minta sama si pelit yang satu ini. Nanda mencoba menidurkan kepalanya di atas meja sambil mencoret-coret buku di depannya.
Matanya berat. Ia pengen tidur, bentaaar saja. Perutnya sakit dan dia udah ga tahan lagi. Nanda menelan ludahnya mencoba menahan sebentar lagi. Tapi semua sudah keburu gelap dan yang ada di pikiran Nanda hanya deru nafas yang bergema di dalam kepalanya.

“Ndaaa...”
Nanda membuka matanya perlahan. Sosok kecil dan ringkih itu duduk di ujung kasur ruang UKS. Nanda memicingkan kedua matanya. Silau. Sejak kapan bunda sekurus itu?
“Halo sayang,” Bunda memijit kakiku dan tersenyum lemah. “Yuk makan, nih udah bunda bawain bubur ayam Mang Adi, kesukaan kamu.”

Bunda meraih bantal di kepalaku dan menegakkan kepalaku di atasnya. “Nggak ah Bunda, perut Nanda masih perih.” Bunda tersenyum lagi. Tak pernah aku melihat bunda sesabar ini sebelumnya.
“Ayo dong sayang,” Bunda mencoba lagi sambil membuka kotak bubur. Aku diam seribu bahasa, kalau sudah begini biasanya bunda bakal cepet ngalah. Tapi perkiraanku salah, bunda tetap mencoba merayuku sambil sesekali mengusap-usap rambutku.
“Nggak bundaaaaa,” Aku mulai merajuk. Bunda terdiam dan mengambil kotak bubur dari atas meja dan menyodorkannya ke arahku. “KENAPA SIH BUNDA NGGA BISA DIKASIH TAHU!!?” Aku berteriak dan mendorong lengan bunda. Kotak terlempar. Bubur berterbaran. Bunda terdiam dan menatapku kosong. Aku menangis. Pusing yang amat hebat menyerang kepalaku tepat di titik didihnya.

“Ndaaaa...”
Aku membuka mata. “Iya bunda, Nanda ngga mau makan buburnya.”
Bisik-bisik terdengar, cahaya matahari yang masuk dari sela-sela gorden membuatku sulit melihat. “Emmm ini gue Nda,” Itu suara Tasya. Sesaat aku langsung terjaga dan melihat seluruh murid di kelas lagi duduk bersila di lantai atau duduk di sekitar kasurku. “Mana bunda gue Sya? Gue pengen pulang, bilangin dong. Gue pengen minta maaf, gue ga maksud buat ngelemparin bubur tadi.” Tasya tercengang dan menatap teman-temanku.

Bu Anti yang duduk di sudut ujung kanan kasurku menatapku tajam dengan mata dan hidung yang memerah. Sapu tangan yang digenggamnya basah kuyup entah oleh apa.
“Bubur apa Nda?” Tasya mulai terisak. Matanya berkaca-kaca.
“Ya bubur ayamlah Sya. Eh tapi kok kasurnya udah bersih sih? Kan tadi buburnya jatuh di sini,” Aku mengelus-ngelus kasur dan merapatkan selimut ke seluruh badanku. Segan dipadangi dengan berbagai ekspresi oleh teman-temanku.

Tasya terisak lagi dan tiba-tiba Bu Anti menangis. “Oke, sebenernya ada apa sih?” UKS yang sedari tadi bising langsung hening. Seluruh mata tertuju padaku dan tiba-tiba sebuah suara memenuhi telingaku.
“Bundamu mengalami kecelakaan saat hendak menjengukmu ke sini, Nak. Ia tertabrak mobil di depan warung Mang Adi setelah membelikan bubur untukmu. Keadaannya kritis, Nda. Ia gegar otak parah dan kehabisan darah. Maaf Nda, keadaan sudah enggak memihak sama kita,” Di sudut pintu UKS Ayah memandangku dengan tangan bergetar. Jelas sekali sisa-sisa air mata di pipinya. Sebelumnya aku tak pernah melihat ayah menangis. “Maaf Nda, Ayah ngga bisa ngejagain Bunda.”
Tasya memelukku. Bu Anti menangis lagi dan beberapa siswa mulai menenangkannya. Ayah mendekatiku dan mengulurkan tangannya padaku. “Ayaaah...”

Dalam dekapan Ayah seluruh tubuhku menggigil. Lututku bergetar. Oksigen, aku butuh oksigen. Aku butuh udara. Sandiwara ini terlalu berat untukku. Aku tak bisa menjalani peran yang seperti ini.
“...Nanda ingin bilang maaf sama bunda saat ini juga, Yah. Nanda pengen denger bunda bilang sayang sama Nanda, Yah.” Haru yang kudengar. Kepalaku tersentak oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Aku hanya ingin tidur lagi. Bangun, dan semua hanya akan menjadi sebuah mimpi buruk.


MY LOVE IN PARIS
Cerpen Karya Agnesty
“Saya akan mengumumkan siapa orang yang beruntung yang akan mendapatkan paket tour ke Paris gratis.Dan nomor pemenangnya adalah ............088899567”
Gadis itu kemudian melonjak berdiri dari kursinya begitu presenter acara tersebut selesai membacakan pengumuman. Hatinya begitu senang ketika mendengar nomornyalah yang telah terpilih dari sekian banyak orang.
***

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan A-027 mendarat cantik ditengah hamparan luasanya bandara Charles de Gaulle. Mara bersiap melepaskan sabuk pengamannya. Perlahan suara derap langkah dari hak stilleto merahnya terdengar , saat ia menuruni tangga pesawat.
Dan inilah dia. Gadis itu telah sampai menginjakan kakinya di Paris. Jiwa gadis itu maih belum percaya kalau raganya sekarang sudah ada di Paris. Ia menghirup napas dalam-dalam dan memanjatkan doa syukur kepada Tuhan. Lalu ia melihat sekelilingnya. Sekitarnya ramai dipenuhi orang kulit putih yang berlalu lalang.
Gadis itu tersenyum kecil. “Paris.. I’m Coming!!”
` Sekitar 10 menit, ia menepuk pelan dahinya. Mara pelupa akhirnya melupakan salah satu hal penting. Ia lupa bahwa seorang tourguide yang akan menemaninya dan menungggunya di Bandara. ia tinggal. Tak ada kesempatan kembali lagi menuju nama Hotel yang barusan ia sebut.
My Love In Paris - Cerpen Cinta Romantis
Taksi tersebut berhenti disebuah bangunan besar bertuliskan “ Eiffel Seine Hotel” .Gadis itu turun dari taksi tersebut lalu masuk ke hotel. Gadis itu nyaris menganga lebar saat memasuki hotel yang bergaya art Nouveau . Pintu hotel yang otomatis akan membuka sendiri jika ada orang yang lewat. Hal itu tentu sudah biasa, tapi yang membuat gadis itu terkagum-kagum adalah dekorasi hotel itu dengan kermerlap cahaya lampu yang menyinari sisi hotel dan Semua arsitektur hotel yang disusun nyaris sempurna. Ia semakin penasaran dan ingin mengetahui seperti apa kamar yang nantinya akan ia tempati. Imajinasinya mulai berhamburan mendatangi otaknya, membuatnya tersenyum tipis.
Dengan mengeluarkan segenap kemampuan berbahasa Inggrisnya Mara berkomunikasi dengan receipsionist hotel. Ia memesan satu kamar. Lebih tepatnya sih bertanya mengenai kamar yang sudah dipesan dari Manajer Kuis undian yang ia ikuti.

Tiba-tiba seorang lelaki datang dan juga mengucapkan salah satu kata yang sama dengannya.
Holiday Paradise
Ya, nama begitulah acara undian yang membawa gadis itu sampai disini.
“Holiday Paradise? This is the key. Here it is.” Wanita receipsionist itu kemudian menyerahkan sebuah kunci kepada Mara. Namun sebelum kunci jatuh ketangan Mara, Cowok tu dengan jari-jari besarnya merebut kunci tersebut. Mulailah pertengkaran mereka.
Wanita recepsionist itu hampir saja memanggil satpam hotel untuk mengusir mereka. Sebelum akhirnya mereka terdiam bersamaan.
“Stopp!!! Holiday Paradise just reserve one room. You may check and stay together or you can reserve one room again.”
***

Dengan jari mungil nya Mara memutar kunci yang sudah tergantung dipintu.
Kreekk!! Pintu terbuka.
Benar saja, kamar ini membuatnya harus menutup mulutnya lagi. Ukuran kamar ini mendekati kata sangat lebar. Semuanya nyaris bernuansa clasic. Cat temboknya yang berwarna bau-abu keputih-putihan berpadu dengan spreinya yang berwarna biru keau-abuan. Semua indah. Dan ada satu hal lagi. Dari jendela besar yang terletak dikamarnya ia bisa langsung melihat keindahan sungai Seine.
Bug!
Bunyi badan mungil Mara menyentuh keempukan ranjang hotel. Nyaman sekali. Sesekali ia memejamkan matany. Sayang sekali ada sesuatu yang tiba-tiba mengganggu kenyamannya saat cowok itu tiba-tiba hadir didepannya sambil berdeham keras. Ia nyaris teriak.
“Nona manis. Itu ranjang Cuma ada satu dan kita berjumlah dua orang. So...”
Dimulai dari ucapan cowok itu terjadilah pertengkaran perebutan wilayah kekuasaan. Butuh waktu yang cukup lama bagi mereka hingga pada akhirnya dapat berdiam diri lagi setelah menandatangani surat perjanjian dikertas. Perjanjian mengenai batasan wilayah yang telah diatur sedemikian rupa oleh mereka.
Sebagai cewek Mara tidak mau kalah. Ia mendapatkan kekuasaan ranjang empuk itu dua hari pertama mulai dari hari ini. Minimal ranjang itu bisa membantu dia memulihkan lagi tulang-tulangnya yang lelah.
***

Pagi ini, pertama kalinya Davi menjalankan tugasnya sebagai Tourguide Mara setelah perkenalannya semlam dengan gadis itu yang dipenuhi dengan bumbubumbu pertengkaran. Gadis satu ini membuatnya harus banyak-banyak mengelus dada.
Tempat tujuan pertama mereka adalah Menara Eifell. Menara yang menjadi lambang kota mide tersebut. Letaknya tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap, hanya 500 m.
Setelah berjalan kaki, anggap saja maraton di pagi hari mereka sampai juga disana.

Mara berteriak kesenangan. Dari dulu gadis itu memang selalu bermimpi memeluk menara Eifell. Dan sekarang menara tersebut ada didepannya. Ia berlari kecil menuju menara itu lalu mengelus-ngelus menara. Davi hanya memperhatikan cewek itu dari kejauhan sambil bergidik.
“Oh iya, Dav. Lo potoin gue sih disini.” Lanjut Mara. Gadis itu menyerahkan kamera paroloid kunonya yang sejak tadi mengantung dilehernya.
Davi hanya mengangguk pasrah Inilah yang Davi paling benci dari semua pelanggan Tour dia. Semuanya selalu minta difoto. Hello.... Davi Angkasa Argita adalah seorang Tourguide bukan Fotografer. Hanya itulah yang selalu dieluhkan Davi dalam batinnya berharap hatinya bisa berbicara.
Mara berdiri dibawa menara yang tingginya lebih dari ratusan kaki itu , bergaya memegang tiang menara bak model pemotretan. Rambutnya mengembang diterpa angin.Ia tersenyum cerah secerah langit biru berselimut awan putih pada pagi itu.
Melalui lensa bagian belakang kamera Davi dapat bermaksud membidik satu jepretan. Ia terkesima seketika, bukan kepada semua pemandangan indah dimenara itu tapi kepada sosok cewek cantik yang sedang tersenyum manis. Cantik sekali.
Tidak hanya puas hnya berfoto disana. Mara ingin menyelusuri menara yang di cat cokelat kellabu itu lebih dekat. Ia ingin menaikinya. Benar-benar, ini adalah saat-saat yang sangat ia impikan. Ia bisa masuk kedalam menara rancangan Emile Nouguier dan teman-temannya.

Tingkat pertama dan kedua dapat diakses dengan tangga dan lift. Sebuah loket tiket di menara selatan menjual tiket ke anak tangga yang dimulai di tempat itu. Di platform pertama tangga menaik dari menara timur dan pertemuan tingkat ketika hanya dapat diakses dengan lift. Dari platform pertama atau kedua tangga dibuka bagi semua orang yang naik dan turun tergantung apabila mereka telah membeli tiket lift atau tiket tangga.Ketika keluar lift di tingkat ketiga, mereka menaiki 15 anak tangga menuju platform pengamatan atas. Jumlah anak tangga dituliskan secara bertahap di sisi tangga untuk memberikan tanda tangga naik. Kebanyakan tangga naik memberikan pemandangan langsung ke bawah atau sekitar menara meskipun beebrapa anak tangga pendek tertutup.
Dan sekarang tibalah mereka dipuncak tertinggi. Dari sini semua terlihat sangat jelas keindahan kota Paris. Langit yang iasanya terkihat jauh sekarang tiba-tiba terlihat begitu dekat dengannya. Mara merasakan sentuhan angin yang membelainya. Sementara, Davi hanya mampu menatap gadis itu terpesona.
Begitulah hari-hari mereka abiskan. Berdua mengelilingi kota Paris yang penuh dengan kata indah.
***

Tak terasa sudah seminggu. Dan prahara itu datang. Diam-diam kebersamaan diantara mereka berubah menjadi cinta tersembunyi. Cinta yang perlahan mengisi lllabirin-labirin sunyi dihati mereka. Cinta yang mulai mewarnai hari-hari mereka tanpa mereka sadari.
***

Selesai mandi dan berpakaian, Mara meraba meja rias. Ia menemukan secarik kertas surat tergeletak.
To: Mara
From: Davi
Woii lo kesiangan. Gue hari ini dari pagi sampai malem gak ada di hotel. Jadi lo puas-puasin lah nikmatin fasilitas hotel. Lagian hari ini hari terakhir lo berada disini. Oh iya, Mar. Ada sesuatu yang gue mau omongin ke lo. Ntar malem jam 8. Lo datang ke Le deine resto. Gue udah suruh taksi jemput lo.
Thanks
Davi
Mara menutup surat dengan air muka bingungnya. Baru kali ini Davi melakukan hal ini. Davi. Betulkah? Ia melakukan semua ini? Untuk apa?
Hal ini benar-benar sulit diterima akal sehatnya. Davi yang biasanya hanya memberikannya cacian makian dan kekesalan sekarang memberinya sebuah dress secantik ini.
Mara benar-benar bertekad tampil beda malam nanti.
***

Gadis itu langsung saja disuruh naik oleh supir taksi yang katanya suruhan Davi. Taksi tersebut membawanya ke sebuah tempat yang belum ia kunjungi sebelumnya.

Restauran Le diane
Mata Mara melirik kesana-kesini melihat seluruh dekorasi resto tersebut. Lampunya bagai sinar kunang-kunang. Cat temboknya berwarna cream sepadan dengan atap resto tersebut yang berwarna cokelat susu.Tiap ruangan diletakan lilin-lilin putih yang sengaja dinyalakkan agar menambah atmosfer kehangatan didalamnya.
Mara melangkah mengikuti pelayan resto yang menunjukan kepadanya dimana Davi telah menunggunya.
Benarkah yang ada didepannya itu Davi?
Davi memegang lembut tangan gadis itu dan menyiapkan kursi untuknya duduk.
Hening.

Mereka berdua saling memandang seakan-akan terhipnotis juga dengan suasana romantis malam yang dihidangkan oleh Le diane.
Seorang lelaki setengah baya tiba-tiba masuk keruangan. Lelaki itu memegang biola dan mulai mengeluarkan alunan melodi romantis. Davi mengulurkan tangannya ke Mara .Mara bangkit berdiri dan mendekatkan diri ke Davi.Gadis itu menyentuh pundak Davi dan Davi melingkarkan tangannya ke pinggang Mara . Mereka mulai menar-nari seakan resto tesebut milik mereka.
Lagu alunan petikan dawai biola tersebut mengalun indah, jauh lebih indah dari yang sebenarnya karena mereka tak berhenti-hentinya tersenyum dan saling menatap satu sama lain. Berharap malam ini tidak akan pernah berakhir.

Dan musikpun berhenti. Davi memegang kedua tangan Mara.
“Mar, gue gak tau harus mulai dari mana. Sebab gue juga gak tahu kapan dan dari mana rasa ini tiba-tiba muncul. Gue cinta sama lo, Mar.” YA gak usah jawab sekarang juga gak apa-apa. Yang jelas gue udah nyampein semuanya sebelum lo pergi balik ke Jakarta.”
Entah dorongan dari mana. Mara memeluk tubuh Davi begitu hangta. Lalu melepaskannya perlahan. “Kalau emang kita berjodoh. Kita pasti bertemu lagi di Paris. Dan ketika itulah gue akan jawab semuanya.”
***

1 tahun kemudian...
Paris, masih dengan menara Eifellnya yang tetap berdiri kokoh. dan masih dengan segala keindahannya. Davi memotret menara Eiffel menggunakan kameranya. Sungguh suasana ini mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang telah membawa hatinya pergi bersamanya.
“Mas, bisa tolong fotoin gak?” Terdengar suara cewek yang sempet membuat Davi emnolehkan wajahnya kearah sumber suara.
Benarkah dia Mara? Atau ini hanya imajinasinya saja?
“Mar..

Belum sempet Davi meneruskan nama itu. Seseorang yang punya nama itu kemudian memeluknya erat. “Sekarang gue mau jawab janji gue didepan menara Eiffel. Davi Angkasa Argita, I love u.” Bisik gadis itu kepada cowok dihadapannya yang saat ini benar-benar merasa seperti dirinya sedang berada dipuncak menara Eiffel.


AWH SAKIT SEKALI! PART II
Cerpen Karya Aza Audina
 (disekolah)
Suasana ramai dengan menyebarnya undangan ultah Nofal. ah ya ampun! Segede apa sih pestanya? Se indonesia diundang semua kayaknya!
“hai, Nes! Nofal mana?”, sapa Yoda, temen sekelas sahabat temen nongkrong Nunu. “itu dia!”. Jawabku.
“oh yaudah, bye!”, Yoda begitu saja meninggalkanku. Sementara Nofal menghampiriku. “Yoda kok pergi?”, aku mengangkat bahu sebagai tanda kalai aku tak tau. “kekelas yuk?”. Nunu menggandeng tanganku. Saat menuju kelas, Dani menatap kami dan hampir semua siswa melihat kami. Tapi pandangan Dani berbeda, ia seperti kesal, marah atau? Tidak!
“aw!”, Eva menabrak kami, sehingga tanganku terlepas dari genggaman Nofal. “Hei, cakep! Mana undangannya buat aku? Kok gak dikasih sih?”, Eva mulai genit. “oh, sorry! Ni undangan buat lo!”. Apa? Nofal invite nenek sihir ini? Ya ampun! “ok! Thanks. Lihat ni gue dapet undangan dari Nofal!”.
Awh Sakit Sekali Part. II - Cerpen Cinta Remaja
Eva pamer padaku dan langsung pergi. “cewek payah!”, gumamku. “take it easy sayang! Biarkan dia GR, hahahah!”, aku ikut tertawa, aku tahu apa rencana Nunu. Tapi, Dani hilang! Ah cuek! Mungkin juga kekelas!
“Fal, sini lo! Pagi-pagi udah pacaran aja!”, sapa teman-teman Nofal. “yah, lo lo gausah risau deh! Hahahah..!”, balas Nofal.
“hai Siska cantik! Enak kan paacaran terus sama Nofal?”, tanya Febri, salah satu dari mereka. Aku hanya tersenyum membalasnya. Diantara temen-temen Nofal, yang ku ingat hanya Febri, Ivan dan Yoda. Gak kuat aku ngafalin semua temen-temen Nofal yang super banyak. Berbeda dengan temen-temen yang lainnya, Yoda hanya tersenyum manis, lugu dan tak seperti yang lainnya.
(persiapan ultah Nofal )
“mah., aku apntes pake gaun mana?”,
“ mama punya gaun cantik, waktu mama muda dulu. Kamu pasti sangat pantas memakainya! Cobalah!”.
“cantik kan anak mama? Eh kaya ada suara mobil, kayaknya kamu udah dijemput sayang, sana buruan, hati-hati ya sayang! Jaga diri!”. Aku memakai gaun putih layaknya cinderella. Sangat cantik menurut mama. Mungkin dulu waktu mama masih muda secantik aku ini ya? Hehe
“hah? Yoda? Kok?...”, aku penuh tanda tanya, kenapa yang jemput Yoda? “ayolah. Nofal yang nyuruh!” sahut Yoda.
(diperjalanan). Aku sedikit curi pandang, Yoda terlihat tampan. Dengan jeans korea, kemeja HC sepatu hip-hop. “Nes, kamu cantik banget hari ini.!”, ucap Yoda. “thanks,” balasku. Walau sebenarnya aku pengen bilang “kamu juga tampan!”.
“Nofal beruntung punya kamu, Nes! Hahaha..!”, Yoda mencoba menggodaku. “eits, kan masih sebatas pacaran, belum sepenuhnya aku milik Nofal kok!”. “udah nyampe nih, kalo butuh apa-apa ngomong gue. Karena Nofal pasti sibuk banget! Mari masuk, princess.?”, Yoda mengulurkan tangannya, mengiringi aku masuk kerumah pesta.
“hei Siska!”, itu sapaan yang kudapat dari semua tamu. Nofal masih belum menampakkan diri. Aku ngobrol-ngobrol dengan Yoda, Febri, Ivan dan yang lainnya. Tapi ada Eva genk juga disebelah sana. Ah maklumlah, kelas XI. Jarang sekali anak kelas X yang diundang, paling-paling yang dapet gebetan kelas XII, atau yang nonkrong bareng kelas XII.
Hei, itu Nera. Tapi? Kok dia sama Nofal? Nera dijemput sama Nofal? Yang benar saja! Nofal minta Yoda jemput aku, tapi dia sendiri malah jemput Nera. Impossible! Ngapain mereka? Hah, warna baju yang sama? Apa maksut semua ini? Nera sahabatku, Nofal pacarku. Dan mereka sekarang jalan bareng. Bukankah dulu Nofal ngomong kalo pengen ngenalin aku ke keluarganya, tapi ngapain dia sama Nera? Stop Siska! Calm down! Jangan suudzon, mungkin aja itu kebetulan.
“Nes, tuh Nofal baru nampak!”, ucap Yoda,
“ih, ya dia datang, sama Nera!”, jawabku kesal.
“hey, Nes! Tenang!”, Febri menenangkanku. Nofal terus berjalan kearah mimbar, entah dia melihatku disini atau tidak. Sepertinya tidak!
Oh tidak! Dia tetap bersama Nera sampai acara dimulai. Dan Nofal mengenalkan Nera di hadapan orang banyak. Dan dia bilang kalo Nera adalah Pacarnya! “NOFAL!”, teriakku. Hening! Semua mata menatap kearahku. Nofal terkejut melihatku ada disini.
“Siska?”. Nofal tampak gugup.
“you betrayed me!”, aku lari keluar dari istana neraka itu. “Nes! Nescrem!!”, Yoda mengikutiku.

Aku terus berjalan keluar, tapi Yoda mampu meraihku, menarik tanganku, hingga badanku berbalik arah menghadapnya. Mataku berkaca-kaca. Aku memeluknya. Yoda tahu apa yang kurasakan. Dia mengajakku masuk kemobilnya. Aku menceritakan semua yang kurasakan.
“Sis, anggaplah itu angin! Ikhlaskan saja semua! Senyumlah!”, Yoda menghiburku. Tak tau kenapa, Yoda mampu membuatku merasa lebih tenang. Meski aku masih menyimpan luka di hati. Yoda mengusap air mataku. Aku mencoba tersenyum, dan Yoda masih menatapku. Apa arti semua ini? Yoda mendekat semakin mendekat dan dia mencium bibirku. 1 detik, 2 detik kuperkirakan 5 detik dia mendaratkan bibirnya dibibirku.
“Nes, gue....”, ucap Yoda
“Siska! Ikut gue!” nofal menggebrak mobil Yoda.
“Nes, lo ikutin dia.!”, pinta Yoda. “inget, tenang Sis!”, tambah Yoda. Lalu aku keluar mengikuti Nofal. Dia mengajakku kesudut taman rumahnya.
“Nes, sorry!”. Nofal menggandeng tanganku.
“untuk apa? Kamu pantas kok!”,
“sayang! Dengerin gue! Nera bilang Lo lagi sakit dan Lo gak bisa kesini!”
“Shit! Trus gue nggak berangkat lo ngaku ke orang-orang kalo Nera pacar lo? Songong banget sih lo! Ngapain juga lo nyuruh Yoda jemput gue, sedangkan lo malah jemput Nera! Apa yang bakal terjadi kalo gue gak disini! Dan.....”,
“Nera suka sama gue Nes!”
“ha? Alesan lo itu?”. “Nescrem, denger! Nera suka sama gue. Dia ngancem Nes, dia bakalan mati kalo gue tolak dia!”.
“kenapa lo jemput dia? Kenapa lo ngaku Nera pacar lo ke semua orang?”. “dia yang minta, Nes! Dia minta bukti kalo gue emang nerima dia! Nes, tolong, aku mohon sama kamu, percayalah! Aku Cuma sayang sama kamu! Nera juga sahabatmu kan? Plis, Nes, ..!”.
“oke! Gue terima! We get a deal!”.
Malam kelabu itu berlalu, aku juga tlah menceritakan semuanya pada mama. “sayang, keikhlasan itu memang sulit dan sakit diawal. Tapi lihatlah nanti, mama pesen Siska cantik ini sabar, pemaaf, dan ikhlas ya? Mama pengen kita disayang sama Allah!”.
“ma, makasih ya? Siska sayang sama mama!”.

Bagaimanapun juga ucapan mama tadi emang bener. Allah pasti sayang sama hamba-Nya yang sabar pemaaf dan ikhlas.
(pagi). Aku tetap harus kuat. Harus semangat dalam menghadapi semua ini. Nanti disekolah aku juga akan merasakan hal yang beda. Pagi ini diawali dengan banyak perubahan. Nofal yang biasa menjemputku, kini berganti Yoda. Disekolah Nera juga sepertinya enggan mau berteman denganku lagi. Kini temanku hanya Yoda, febri, Ivan dan temen-temen Nofal yang lain. Entah kenapa mereka tidak lagi dekat dengan Nofal sejak Pesta itu. Setiap kali jam luar pelajaran, aku mendapati Nofal dan Nera duduk berdua di taman, kantin dan didepan kelas ku. Nofal bahkan jarang menyapaku. Hanya saja ia sering menatapku kasihan setiap ia melihatku sendirian. Beberapa hari hingga berbulan bulan lamanya, aku tlah terbiasa dengan suasana seperti itu.
“Nes, lo tau Dani itu kan?”, kata Dea, temen sekelasku.
:dia sekarang jadi superboy kelas X dan XI!”, Dea menambahkan.
“superman iya kalik. Maksutnya superboy apa?”, aku bingung.
“ya ampun! Cowok super! Yang efeknya setiap kali ada dia cewek cewek tu pada tergila-gila, tapi anhenya langsung minggir dan memeberinya jalan! Dijamin deh, cewek mana yang gak klepek klepek sama Dani!”.
“masa sih? Segitunya!”, jawabku tenang.
“eh ada Dani!Dani kesini!”, suara temen-temen kelas yang ribut akan kedatangan Dani ke kelasku. Semua anak minggir dan menatapnya kagum. Ngapain dia kesini? Hey dia menuju kearahku! Kenapa? Mungkin karena aku nggak minggir kaya yang lainnya kali ya. Bahkan aku tak peduli sama kedatangan Dani. Dia sekarang berdiri didepanku.
“Nes, gue udah denger cerita antara lo sama Nofal!”. Dani memulai.
“trus kenapa? Ngapain kamu kesini Cuma buat ngomongin Nofal?”
“gue, suka sama elo!”. “hah? Suka sama gue? Basi tau gak!”.
“lo gak percaya? Gue buktiin!”. Oh my god! Dani akan menciumku. Hallo mimpikah ini? Aku akan dicium sama superboy! Plis jangan cium aku! Aku tak bisa melepaskan genggaman Dani. Ayolah malaikat cinta, selamatkan aku! Aku yakin, yang datang menolongku adalah bener bener ada kontak batin denganku. Hampir dan hampir dan hampir... “hey! Lepasin Siska!”, hyufft! Ternyata Yoda menyelamatkanku. Yoda menarik tangan Dani hingga akhirnya Dani nggak berhasil menciumku. “lo siapanya dia? Ngapain mau cium dia?”, Yoda terus mengusut. “gue Cuma mau buktiin ke Siska kalo gue suka sama dia, salah? Ngapain lo halangingue?”, Dani membantah.
“salah besar! Lo mau cium dia didepan anak-anak, lo pikir dia pajangan? Kedua, lo gak tepat pake alasan NOFAL buat deketin dia! Ketiga, Siska cewek gue! Jadi lo gak berhak cium cewek orang!”, Yoda terlihat santai dan menggandeng tanganku.
“Lo bakalan nyesel!”, Dani yang kecewa dan pergi begitu saja.
“hati-hati sama playboy kaya dia, Nes!”, tutur Yoda.
“tapi.....”, Yoda malah mencium jidatku. “kau tak pantas dilukai!”, Yoda langsung pergi meninggalkanku.

Ya ampun! Mimpi apa aku semalem? Dani hampir aja Nyium aku dihadapan temen-temen. Tapi Yoda menyelamatkan ku. Hei? Ini berarti Yoda Malaikat Cinta yang kuharapkan tadi? Kenapa bukan Nofal? Apa Nofal udah bener-bener lupa sama aku? Ah sudahlah, aku nggak mau galau!
“Nes, Nes! Itu yang ngrebut Nofal dari lo!”, dea membisik dan mengacungkan tangannya kearah Nera yang memasuki kelas. “pssst! Udah deh, bukan urusanku!”. Ya ampun. Hatiku panas banget! Ingin seklai aku tanyakan Nera, mana Nofal, tapi iya nggak ya?
“Ra, Nofal mana?”,
“gak tau!”, jawabnya Sewot. “nyolot banget sih lo!”, balasku yang lalu pergi mencari Nofal. Nah itu dia Nofal lagi di lapangan basket. Oke Nes, kuat! Slow!
“Nofal!”,
“ha? Eh bentar ya!”, pamit Nofal pada teman-temannya.
“kamu tuh beneran gak sih sama aku? Kenapa kamu malah cuekin aku?” aku memulai. Saat ini hanya aku dan Nofal ditaman.
“sayang, sorry, ini semua pinta Nera. Dia bawa hp ku, segalanya terbatas untukku hubungi kamu, Nes! Aku serius sama kamu! Plis, Nes.. aku Cuma sayang sama kamu. Tolong bantu aku! Aku butuh keikhlasanmu!”. “aku juga sayang sama kamu, Nofal! Aku kangen saat-saat dulu kita berdua! Aku kangen semuanya! Kenapa semuanya jadi kaya gini?”, aku menangis. Nofal sigap untuk memelukku. “psst! Sayang, udah udah jangan nangis. Ini cobaan buat kita. Aku juga kangen banget sama waktu kita berdua dulu. Udah ya sayang, jangan nangis! Emm lihat kalung kamu, masih ada foto kita kan? Jangan pernah kamu lepas itu, Nes. Kecuali jika kamu bener bener kecewa sama aku!”. Memang kalung ini berarti banget untukku. Aku lega dengan penjelasan Nofal. Dan aku berjanji gak akan melepaskan kalung ini jika Nofal bener-benr gak ngecewain aku.
“mama sakit? Mama istirahat aja ya? Biar Siska ambilin obat sama sarapan buat mama!”.
“nih, sarapan dulu baru minum obat. Siska masakin sup bayam lho buat mama!”.
“kamu nggak kesiangan, Sis? Kasian Nofal juga tekat lho!”. Aku sangat ragu untuk menjawab, karena mama menyebut Nofal. “em, Siska udah bilang kok tadi. Sekarang mama minum dulu obatnya, terus siska baru berangkat!”. Aduh jalan kaki nih, pasti Yoda juga udah berangkat. Okelah gak papa!
“Nes, naik!”. Yoda ternyata dibelakangku. “kirain kamu udah berangkat, Da?”, tanyaku ketika kami dalam perjalanan. Dengan kecepatan 60km/jam.
“Tadi gue nganterin bokap ke kantor, motor bokap gue mogok mendadak. Gue malah ngira lo udah berangkat, Nes!”.
“Tadi mama tiba-tiba sakit, trus aku rawat mama dulu. Malah tadi aku pengen gak berangkat sekolah. Tapi mama ngotot. Yaudah akhirnya berangkat, meski telat!”.
“kok kebetulan ya? Kita telat bareng? Hehe!”, Yoda tertawa singkat. Aku hanya senyum untuk membalasnya.
(disekolah).
“Nes, Nera gak berangkat, kenapa tuh?”, tanya Dea.
“ha? Mana kutau! Rumah aja jauh!”.
“katanya sih sakit!”, Gina menambahkan.
“sakit? Masa? Semalem aja gue lihat dia jalan-jalan sama .....” tangkas Dea yang memotong pembicaraannya.
“ya Nofal kan? Aku tau itu.”, lanjutku.
“moga cepet sembuh deh!”, ucap Dea.

Bener gak ya Nera sakit? Selama ini dia juga gak pernah sakit, dan juga gak pernah absen ke sekolah.
(pulang sekolah).
“cari makanan yuk buat mama kamu. Sekalian gue pengen kesana!”, pinta Yoda.
Sampai dirumah mama masih terbaring lemas, pucat, tapi mama terlihat kuat dan menyambut baik kedatangan Yoda.
“Siska, itu siapa?”,
“kenalin, ma! Ini Yoda, temennya Nofal!”. “oh, tampan sekali dia!”.
“makasih, tante! Ini ada pursell untuk tante. Biar tante cepet sembuh!”, balas Yoda.
“makasih, Nak! Siska, Nofal kok nggak ikut?”,
“e, enggak ma, dia gak leiatan hari ini disekolah. Mama gausah mikirin dia ma, mama istirahat aja dan sini mama harus terlihat cantik. Siska sisir nih rambut mama. Udah kaya nenek sihir!”.
“ma, kok rambut mama rontok banyak banget kaya gini sih?”, tanyaku heran.
“eh, mama kemaren salah pake sampo, jadi rusak deh!”. “mama yakin?”. “iya sayang, mama nggak boong!”. Tak lama kemudian Yoda pamit pulang.
(dua hari kemudian).
“Nes, Nera masih gak berangkat tuh!”, ucap Dea.
“ha? Masa? Padahal tadi pagi gue liat dia pake sragam trus keluar rumah, setau gue sih berangkat.!”, kata Gina, yang rumahnya berdekatan dengan Nera. Aku segera mencari Nofal, ku coba tanya sama Febri, dan jawabannya Nofal juga audah gak berangkat 3 hari ini. Mungkinkah mereka bolos bareng? Masak sih? Nera kan anaknya baik, Nofal juga gak pernah bolos! Aku coba hubungi Yoda. “Yoda, kamu dimana? Temui aku di taman sekarang!”, send! 5 menit aku menunggu Yoda, akhirnya datang juga.
“apa??? Nera sama Nofal ternyata juga 3 hari nggak berangkat? Gila! Oke coba ntar kita nyari mereka!”.
(pulang sekolah). Yoda menungguku didepan kelas dan sepakat kita hari ini mencari Nofal sama Nera. “cie!! Pacar baru nih, pacar baru!”, goda Dea. “hehehe!”, balas Yoda.
“halo?”. “Siska! Ini om Sis!”. “oh ya. Kenapa om?”. “mama kamu masuk rumah sakit, kesini ya. Om disini!”. Tutt. Telfon ditutup.
“Yoda!”.
“kenapa, Nes?”. “mama di RS, Da! Anterin kesana!”, “ha? Oke oke buruan!”.
(dirumah sakit). “OM, mama mana?”. “didalem! Masuk aja!”.
“mama, kenapa sih sakit segala!”.
“mama Cuma capek sayang! Eh tadi Nofal kesini loh!”.
“hah? Yang bener ma? Ngapain?”.
“itu dia bawain parsel tadi. Dia minta maaf sama mama, karena udah nyakitin kamu. Dan juga karena dia jarang kerumah kita.”
“mah. Padahal Nofal tadi gak berangkat ma! Udah 3 hari dia gak kesekolah. Tadi sih rencanaya mau nyari Nofal, tapi om telfon katanya mama dirujuk. Yaudah Siska kan mentingin mama!”.
“Yoda mana? Mama pengen ngomong!”. “bentar Sika panggil dia!”.
Aku panggil Yoda yang sedang ngobrol sama om Feri. Entah apa yang pengen mama bicarakan sama Yoda. Yang jelas setelah Yoda keluar, Yoda langsung pamitan pulang. Katanya mau ganti baju.

Sore, aku masih menunggu mama di RS. Kondisi mama menurun, tapi mama masih tetap mencoba kuat. Yoda datang dengan sebuket bunga untuk mama. Aku masih gelisah, kemana Nofal sama Nera.
“Sis, kamu nyari Nofal dulu sana, sama Yoda!”.
“tapi mama kan lagi sakit?”. “nggak papa sayang! Udah ada om Feri disini. Kamu cari Nofal dulu, suruh kesini. Mama kangen!”. “emm.. baiklah ma! Kabari aku jika ada apa-apa ma!”. “Yoda, jaga Siska ya?”, “iya, tante! Pasti!”.
“kita coba telfon rumahnya aja, dirumah gak dia!”, Yoda memulai pembicaraan.
“dirumah gak ada, Nes! Dia keluar dari tadi sore!” “trus kita nyari kemana?”, tanyaku.
“cafe! Mungkin aja dia disana!”.
Kita coba nyari di cafe. Tapi nihil gak ada kabar. Yoda memutuskan untuk mencari di distro selatan cafe, dia biasa disana. Moga aja ada petunjuk! Seller menerangkan kalau tadi Nofal kesini, baru aja keluar sama cewek. Trus kearah barat. Aku dan Yoda tak tau. Tempat mana lagi yang harus dicari. Kita coba menelusuri jalan barat.
“itu mobilnya Nofal!”, Yoda kaget.
“ha iya! Ngapain dia ke hotel?!”,.
“buruan masuk aja!”.

Bener Nofal atmaja di kamar nomer 251 lantai dua.
Yah kamar nomer 251 sudah didepan mata.
“Nes, lo tunggu sini! Gue cek dulu!
“oke!”. Pintu kamar itu tidak dikunci rapat, jadi memudahkan Yoda untuk membukanya. Yoda masuk dan “brengsek lo!”. Sepertinya meraka berantem! Aku masuk dan,.. astaghfirullah! Nofal Nera sedang? Seperti dimimpiku waktu itu. Persis sekali! “Yoda! Stop!”, suaraku memecahkan pertikaian mereka.
“Nofal! Kamu bilang kamu Cuma kasian sama Nera! Tapi ngapain kamu melakukan itu! Aku iklasin didua! Tapi bukan untuk seperti ini! Nera! Gila ya kamu! Dasar mantan sahabat jalang!”.
“Nes, dengerin gue! Gue lakuin ini sama Nera, karna gue tau lo gak bakalan mau kaya gini, Nes! Gue jaga kehormatan lo, Nes!”.
“aku bukan bispak kaya dia! Dan apakah kamu saat tidur dengan dia kamu memikirkan aku? Kalo aku tau kamu akan seperti ini, aku gak akan pernah mau jadi cewekmu! Bahkan mengenalmu!”, emosiku meluap, dan aku menangis. Entah apa dosaku kok sampe segitunya.
“mama sakit. Dia pengen ketemu kamu!”. Telfonku bunyi.
“Siska! Cepat ke RS! Mama kritis!”. Telfon dari om Feri. Drop! Pikiranku buyar! “Yoda! Anterin ke RS. Mama kritis!”. Aku menyeret tangan Yoda.
“dan Nofal! Makan nih!”. Aku melemparkan kalung pemberian Nofal di mukanya.

Pikiran dan hatiku tak karuan lagi. Aku ingin cepat-cepat menemui mama!
“mama! Mama!”, aku menangis di genggaman tangan mama.
“Siska, kamu jangan lagi dekat dengan Nofal ya? Dia bukan anak yang baik!”, ucap mama. “psst! Mama jangan bahas dia! Yang penting sekarang mama sehat dulu.”, jawabku.
“Yoda, kamu anak yang baik. Jaga Siska sampai kalian tua nanti ya? Ibu ingin kalian berdua untuk selamanya. Dan Siska, salam buat cucu mama nanti ya?”. “mama! Maksut mama apa? Mama? Ma? MAMAAA!”, mama mengehembuskan nafas terkahirnya.
“innalillahi wainnalillahi rajiun.. Sis, mama pergi dengan khusnul khatimah! Lihat! Dia tersenyum! Ikhlaskan mama Sis! Mama bahagia disana!”, Yoda memelukku.
“innalillahi wainnalillahi rajiun.. selamat jalan, mama.. siska sayang sama mama!”.

Aku berdiri didepan makam bertulisakan “Nadia Fatmawati binti Edi Atmaja”, ya itu adalah makam mama. Ternyata selama ini mama mengidap kanker serviks, dari awal aku sudah khawatir, dengan rambut mama yang rontok banyak sekali. Tapi kini aku hanya sendiri, dengan Yoda yang menemaniku. Terpampang foto kak Peter, foto mama di batu nisan itu. Mama, tenanglah disana, jaga kak Peter ma! Disini Yoda menjagaku.
(tiga bulan berlalu).
“gosip gosip baru nih! Bukan sekedar gosip. Tapi fakta seratus persen!”. Ucap Dea.
“Nera hamil!”. Tambahnya.
“ha? Syukurlah!” jawabku. “dia hamil sama Nofal, Nes!”.
“oh ya? Biarkan saja. Mereka berjodoh. Memang seharusnya mereka mendapatkan itu!”, balasku tersenyum. “ciee percaya yang sekarang udah punya Yoda!”.
(5 tahun berlalu).

Aku ziarah ke makam mama dan kak peter. Dengan Yoda disampingku. “tante, makasih sudah melahirkan anak sebaik Siska, suatu anugrah aku memiliki Siska! Aku akan menjaganya! Salam dari aku kak peter! Aku akan menjaga adikmu! Selamanya!”. Ucap Yoda.
“mama! Kakak! Aku akan menikah! Aku mneikah dengan pria yang sangat baik, pria itu juga pilihanmu, ma! Doakan kami ma! Yoda karisma akan merawatku sampai akhir nanti aku menyusul mama!”, aku meletakkan undangan pernikahanku di makam mama dan kakak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar